Mempersiapkan diri untuk ujian IELTS Writing Task 2 seringkali menjadi tantangan terbesar bagi banyak peserta. Bagian ini tidak hanya menguji kemampuan menulis dalam bahasa Inggris, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, mengorganisir ide, dan menyampaikan argumen dengan jelas. Jika Anda sedang mencari contoh soal IELTS Writing Task 2 terbaru 2025 beserta jawaban berkualitas tinggi, Anda berada di tempat yang tepat!
Artikel ini akan membahas berbagai jenis soal yang sering muncul dalam tes IELTS, dilengkapi dengan contoh jawaban band 7+ yang bisa Anda jadikan referensi. Kami juga akan membagikan tips praktis untuk meningkatkan struktur tulisan, memperkaya kosakata, dan menghindari kesalahan umum yang sering membuat skor Anda turun. Apakah Anda sedang berlatih sendiri atau membutuhkan bimbingan lebih lanjut? Jangan ragu untuk memanfaatkan layanan profesional seperti Tugasin untuk mendapatkan feedback mendetail dari ahli.
IELTS Writing Task 2 memiliki bobot skor yang lebih besar dibandingkan Task 1—dua pertiga dari total nilai menulis Anda ditentukan oleh bagian ini. Berbeda dengan Task 1 yang bersifat deskriptif (seperti menganalisis grafik atau surat), Task 2 mengharuskan Anda untuk:
Tanpa persiapan yang matang, banyak peserta kesulitan mencapai skor band 6.5 atau 7—padahal ini sering menjadi syarat minimal untuk beasiswa atau universitas luar negeri. Oleh karena itu, mempelajari polanya soal dan strategi menjawab adalah kunci sukses.
Setiap tahun, British Council dan IDP memperbarui bank soal IELTS, tetapi tipe pertanyaannya tetap konsisten. Berikut adalah 5 kategori utama yang wajib Anda kuasai:
Soal jenis ini meminta Anda untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap sebuah pernyataan, lalu mendukung pendapat Anda dengan alasan dan contoh. Contoh:
"Some people believe that social media has a negative impact on young people's mental health. To what extent do you agree or disagree?"
Tips menjawab: Gunakan struktur 4 paragraf:
Di sini, Anda harus membahas kedua sisi argumen sebelum memberikan pendapat pribadi. Contoh soal:
"Some argue that zoos are crucial for wildlife conservation, while others believe they are unethical. Discuss both views and give your own opinion."
Kunci sukses: Seimbangkan pembahasan kedua sisi (jangan terlalu condong ke satu pihak di paragraf diskusi). Gunakan transisi seperti "On the one hand… On the other hand…" untuk menjaga alur tulisan.
Soal ini menanyakan penyebab sebuah masalah dan solusi yang mungkin. Contoh:
"Traffic congestion in big cities is a growing problem. What are the main causes, and how can governments solve it?"
Strategi: Pisahkan penyebab dan solusi ke dalam dua paragraf terpisah. Gunakan data statistik (misal: "Menurut WHO, 90% polusi udara di Jakarta berasal dari kendaraan") untuk memperkuat argumen.
Anda diminta menganalisis keuntungan dan kerugian dari sebuah tren atau kebijakan. Contoh:
"Nowadays, more people work from home. What are the advantages and disadvantages of this trend?"
Pro tip: Jangan hanya listing poin-poin—kaitkan dengan dampak jangka panjang. Misal: "Meskipun bekerja dari rumah menghemat waktu komuter, hal ini dapat mengurangi interaksi sosial yang penting untuk kesehatan mental."
Soal ini terdiri dari dua pertanyaan terkait yang harus dijawab dalam satu esai. Contoh:
"Many students find it difficult to concentrate in class. Why is this happening? What can teachers do to solve this problem?"
Perhatian: Jangan abaikan salah satu pertanyaan! Bagilah esai menjadi dua bagian utama (satu paragraf untuk masing-masing pertanyaan) dan pastikan kesimpulan menjawab keduanya.
Berikut adalah contoh jawaban untuk setiap jenis soal di atas, lengkap dengan penjelasan mengapa jawaban ini mendapatkan skor tinggi:
Soal: "Some people think that the best way to reduce crime is to give longer prison sentences. Others believe there are better ways. Discuss both views and give your opinion."
Jawaban:
Crime reduction is a complex issue that has sparked considerable debate. While some advocate for lengthened prison terms as the most effective deterrent, I firmly believe that rehabilitation programs and social reforms offer more sustainable solutions.
Proponents of longer sentences argue that harsher punishments would discourage potential offenders. For instance, a study by the UN Office on Drugs and Crime (2023) found that countries with strict penal codes, such as Singapore, have lower recidivism rates. However, this approach overlooks the root causes of crime, such as poverty and lack of education, which imprisonment alone cannot address.
On the other hand, alternative methods like vocational training in prisons and community-based rehabilitation have proven more effective. Norway's prison system, which focuses on restorative justice, boasts a recidivism rate of just 20%—compared to 60% in the US. Additionally, investing in public education and job creation can prevent crime by reducing desperation.
In conclusion, while longer sentences may provide short-term deterrence, a holistic approach combining rehabilitation and social policies is far more likely to create lasting change.
Mengapa skor tinggi?
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang