Apakah Anda sering merasa bingung saat harus mengungkapkan pendapat atau menanyakan opini orang lain? Baik dalam percakapan sehari-hari, rapat kerja, atau diskusi akademis, kemampuan bertanya dan memberi opini dengan tepat adalah keterampilan komunikasi yang sangat berharga. Sayangnya, banyak orang masih kesulitan menemukan kata-kata yang pas—terlalu langsung terdengar kasar, sementara terlalu berbelit-belit justru membuat pesan tidak jelas. Di era digital 2025 di mana interaksi virtual semakin dominan, menguasai teknik ini menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang seni bertanya dan memberi opini—mulai dari pengertian dasar, teknik yang efektif, hingga 50+ contoh dialog terbaru yang bisa Anda terapkan langsung. Kami juga akan membagikan tips untuk menghindari kesalahan umum yang sering membuat percakapan menjadi canggung. Jika Anda sedang mencari referensi untuk tugas sekolah, persiapan presentasi, atau sekadar ingin meningkatkan kemampuan berkomunikasi, panduan ini cocok untuk Anda. Untuk membantu proses belajar Anda, jangan ragu menggunakan layanan Tugasin yang menyediakan berbagai materi pendukung bahasa Indonesia berkualitas.
Bertanya opini adalah proses mengajukan pertanyaan secara strategis untuk mendapatkan pandangan, pendapat, atau masukan dari orang lain. Tidak sekadar menanyakan "Apa pendapatmu?", teknik ini melibatkan:
Contoh sederhana: Alih-alih bertanya, "Kamu suka gak sama rencana ini?", Anda bisa mengemasnya lebih profesional: "Menurut Bapak/Ibu, aspek mana dari proposal ini yang masih perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan dampaknya?"
Memberi opini bukan hanya tentang mengungkapkan apa yang Anda pikirkan, tetapi bagaimana Anda menyampaikannya. Opini yang baik memiliki ciri-ciri:
Ingat: Opini yang disampaikan dengan baik dapat membangun kepercayaan, sementara opini yang sembarangan justru bisa merusak hubungan. Pelajari lebih lanjut tentang contoh dialog memberi opini yang efektif di bagian selanjutnya.
Tidak semua pertanyaan akan mendapatkan jawaban yang Anda harapkan. Berikut teknik bertanya yang terbukti efektif:
Pertanyaan terbuka (open-ended questions) mendorong responden untuk memberikan jawaban detail, bukan sekadar "ya" atau "tidak". Contoh:
Mulailah dengan pertanyaan umum, lalu sempitkan ke detail spesifik. Contoh dalam konteks survei produk:
Pertanyaan ganda (double-barreled questions) membingungkan responden. Contoh:
Opini Anda akan lebih berharga jika disampaikan dengan cara yang tepat. Coba teknik berikut:
Struktur: Pujian → Opini/Kritik → Pujian/Solusi. Contoh:
"Saya sangat mengapresiasi usaha tim dalam menyelesaikan proyek tepat waktu (pujian). Namun, saya perhatikan bagian laporan keuangan masih kurang detail—mungkin bisa ditambahkan grafik perbandingan (opini). Secara keseluruhan, presentasi ini sudah sangat baik dan akan sempurna dengan penambahan tersebut (solusi)."
Hindari menyudutkan orang lain dengan menggunakan kalimat yang berfokus pada diri Anda. Contoh:
Jangan hanya mengkritik—tawarkan jalan keluar. Contoh:
"Menurut saya, desain banner ini kurang menarik perhatian. Bagaimana jika kita coba menambahkan elemen animasi sederhana atau mengubah warna kontrasnya? Saya punya beberapa referensi yang bisa kita diskusikan."
Situasi: Memberi masukan tentang proposal proyek.
Dialog:
Andi: "Pak/Bu, saya ingin meminta pendapat mengenai proposal yang baru saja dipaparkan. Menurut Bapak/Ibu, apakah strategi pemasaran yang diusulkan sudah cukup untuk menargetkan segmen milenial, mengingat tren konsumsi mereka yang terus berubah?"
Budi: "Terima kasih atas pertanyaannya, Andi. Secara umum, strategi ini sudah baik, tetapi saya sarankan untuk menambahkan analisis kompetitor yang lebih mendalam—terutama bagaimana mereka memanfaatkan platform TikTok. Selain itu, mungkin kita bisa mempertimbangkan kolaborasi dengan influencer mikro untuk meningkatkan engagement."
Situasi: Menanyakan ekspektasi perusahaan.
Dialog:
Interviewer: "Bagaimana pendapat Anda tentang budaya kerja remote yang kami terapkan? Apakah Anda memiliki pengalaman sebelumnya dengan sistem ini?"
Kandidat: "Saya sangat mendukung fleksibilitas kerja remote, terutama karena dapat meningkatkan produktivitas dengan mengurangi waktu komuting. Dalam pengalaman saya di perusahaan sebelumnya, kerja remote berhasil diterapkan dengan baik berkat penggunaan tools seperti Slack dan Trello untuk koordinasi. Namun, saya juga percaya bahwa pertemuan tatap muka secara berkala—misalnya sebulan sekali—dapat memperkuat kolaborasi tim."
Situasi: Memberi kritik terhadap makalah teman.
Dialog:
Dosen: "Ada yang ingin memberi tanggapan terhadap makalah yang baru saja dippresentasikan?"
Mahasiswa A: "Saya kagum dengan kedalaman analisis data yang dilakukan. Namun, saya memiliki satu pertanyaan: Mengapa penulis memilih untuk tidak membandingkan temuan ini dengan studi serupa yang dilakukan oleh Prof. X pada 2023? Menurut saya, perbandingan tersebut bisa memperkuat argumen utama."
Penulis Makalah: "Terima kasih atas masukan tersebut. Sebenarnya saya sudah mempertimbangkan studi Prof. X, tetapi karena keterbatasan waktu, saya memutuskan untuk fokus pada data primer. Untuk revisi selanjutnya, saya akan menambahkan bagian perbandingan seperti yang Anda sarankan."
Situasi: Menanyakan pendapat tentang pilihan film.
Dialog:
Rina: "Aku bingung nih, mau nonton The Last Frontier atau Love in Paris. Kamu tau gak, yang mana lebih seru?"
Dani: "Kalo menurutku, The Last Frontier lebih cocok buat kamu yang suka aksi dan plot twist. Tapi kalo lagi pengen yang ringan dan romantis, Love in Paris juga oke—apalagi cinematography-nya bagus banget. Tapi ingat, ending-nya agak predictable, jadi jangan harap terlalu tinggi ya!"
Situasi: Memberi saran tentang pembagian tugas.
Dialog:
Tono: "Gimana kalau kita bagi tugasnya beginian: Aku yang ngerjain bagian pendahuluan, Budi yang analisis data, dan Rini yang kesimpulan?"
Budi: "Menurutku, pembagiannya udah adil sih. Cuma, bagaimana kalau bagian analisis data kita kerjain bareng-bareng? Soalnya lumayan rumit, dan aku takut kalo sendirian nanti jadi lambat. Lagian, Rini kan jago statistik—mungkin dia bisa bantu ngecek hasilnya."
Situasi: Teman meminta pendapat tentang outfit.
Dialog:
Lina: "Kamu jujur aja deh, baju ini cocok gak sih buat acara ulang tahun temenku malam ini?"
Maya: "Kalo menurutku, warnanya bagus dan modelnya kekinian. Cuma, mungkin kalo ditambah aksesori seperti kalung panjang atau jam tangan, jadi lebih elegant. Oh iya, sepatu yang kamu pakai sekarang agak casual—kalo ganti yang hak tinggi, pasti makin pas!"
Situasi: Memberi masukan tentang acara komunitas.
Dialog:
Anggota A: "Bagaimana menurut kalian tentang usulan acara workshop fotografi bulan depan? Apakah topiknya sudah relevan dengan minat anggota?"
Anggota B: "Saya setuju dengan ide workshop-nya, tapi mungkin kita bisa tambahkan sesi praktik lapangan. Soalnya, banyak anggota yang sudah menguasai teori tetapi masih kurang percaya diri saat memotret di luar ruangan. Selain itu, bagaimana kalau kita buka pendaftaran untuk non-anggota dengan biaya tambahan? Bisa jadi sumber dana untuk kegiatan selanjutnya."
Situasi: Meminta pendapat tentang karir.
Dialog:
Mentee: "Saya sedang bingung antara melanjutkan studi S2 atau langsung bekerja. Menurut Pak/Bu, mana yang lebih baik untuk perkembangan karir saya di bidang pemasaran digital?"
Mentor: "Kedua pilihan memiliki kelebihan. Jika kamu ingin fokus pada pengalaman praktis dan membangun portofolio, bekerja dulu bisa menjadi pilihan tepat—apalagi di bidang digital yang berkembang pesat. Namun, jika kamu tertarik pada posisi strategis atau riset, gelar S2 akan memberi keunggulan. Pertimbangkan juga kondisi finansial dan prioritas jangka panjangmu. Oh iya, kamu bisa coba magang paruh waktu sambil kuliah—banyak perusahaan yang menawarkan program seperti itu."
Untuk Anda yang sering berinteraksi dalam lingkungan internasional, berikut contoh dialog bertanya dan memberi opini dalam bahasa Inggris:
Dialog:
John: "I'd like to hear your thoughts on our new marketing strategy. Do you think the allocated budget for social media ads is sufficient to reach our Q3 targets?"
Sarah: "The strategy looks solid overall, but I have some concerns about the budget allocation. While the amount is adequate for Facebook and Instagram, I suggest increasing the budget for TikTok by 15%. Our recent analytics show that 40% of our target audience is active there, and the engagement rate is three times higher than other platforms."
Dialog:
Alex: "Hey, what do you think about this new café downtown? Is it worth trying?"
Jamie: "I went there last weekend, and honestly, the ambiance is amazing—really cozy with great music. The food is decent, but I wasn't impressed with the coffee; it was a bit overpriced for the quality. If you go, I'd recommend trying their signature dessert instead. Oh, and book a table in advance—they're always packed!"
Bertanya dan memberi opini bukan hanya tentang menyampaikan atau menerima informasi—ini adalah seni membangun koneksi. Dengan menguasai teknik-teknik yang telah dibahas, Anda tidak hanya akan menjadi komunikator yang lebih efektif, tetapi juga mampu:
Ingatlah bahwa setiap percakapan adalah kesempatan untuk belajar—baik dari opini orang lain maupun cara Anda menyampaikannya. Mulailah dengan menerapkan satu atau dua teknik dari artikel ini dalam percakapan sehari-hari, dan rasakan perbedaannya. Jika Anda membutuhkan lebih banyak contoh atau latihan, kunjungi Tugasin untuk mendapatkan sumber belajar yang komprehensif.
Bagaimana dengan Anda? Teknik mana yang akan Anda coba terlebih dahulu? Silakan bagikan pengalaman atau pertanyaan Anda di kolom komentar!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang