Sebagai orang tua, tentu Anda bangga ketika anak menunjukkan prestasi atau kemampuan baru. Namun, pernahkah Anda memperhatikan bahwa anak sering menyelipkan "pamer" sambil berpura-pura rendah hati? Misalnya, "Aku sebenarnya nggak pandai matematika, tapi tadi dapat nilai 100 tanpa belajar." Inilah yang disebut perilaku humblebrag pada anak—sebuah kebiasaan yang mungkin terdengar lucu, tetapi bisa berdampak pada perkembangan sosial dan emosional mereka.
Artikel ini akan membahas ciri-ciri humblebrag pada anak, dampaknya, hingga cara mengatasinya tanpa merusak kepercayaan diri mereka. Simak sampai akhir untuk mengetahui strategi komunikasi yang tepat saat anak melakukan humblebrag di sekolah atau lingkungan sosial.
Humblebrag adalah bentuk pamer yang disamarkan dengan pernyataan rendah hati. Misalnya, "Aku malu banget punya banyak teman, tadi aku dipilih jadi ketua kelas lagi." Pada anak, perilaku ini sering muncul karena:
Menurut studi dari Journal of Personality and Social Psychology, humblebrag cenderung membuat orang lain merasa tidak nyaman karena terkesan tidak tulus [Sumber]. Pada anak, kebiasaan ini bisa mengganggu pembentukan hubungan sosial yang sehat jika tidak ditangani dengan bijak.
Humblebrag pada anak usia dini hingga remaja memiliki pola yang khas. Berikut tanda-tanda anak melakukan humblebrag, beserta contoh perilakunya:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Jika anak sering menunjukkan contoh perilaku humblebrag seperti di atas, orang tua perlu memberikan pemahaman tentang kebanggaan sehat vs humblebrag.
Meskipun terlihat sepele, dampak humblebrag pada anak bisa memengaruhi:
Anak yang sering humblebrag mungkin dianggap manipulatif atau tidak jujur oleh teman sebaya. Hal ini bisa menyebabkan:
Humblebrag sering muncul karena anak tidak yakin dengan nilai dirinya. Jika kebiasaan ini terus berlanjut, mereka bisa:
Anak yang terbiasa "menyembunyikan" kebanggaan di balik keluhan cenderung tidak bisa menerima masukan. Mereka mungkin:
Humblebrag bisa menumbuhkan mentalitas "aku harus lebih baik dari orang lain", yang berujung pada:
Untuk menghindari dampak negatif ini, orang tua perlu membedakan antara kebanggaan sehat (misalnya, "Aku senang bisa menyelesaikan proyek ini!") dengan humblebrag (misalnya, "Aku malas sih, tapi proyekku selesai lebih cepat dari teman-teman").
Tidak semua ungkapan kebanggaan adalah humblebrag. Berikut tabel perbandingan untuk membantu orang tua membedakannya:
Kebanggaan Sehat | Humblebrag |
---|---|
Mengakui prestasi dengan jujur. | Menyembunyikan prestasi di balik keluhan atau rendah diri. |
Contoh: "Aku senang bisa menari di depan banyak orang!" | Contoh: "Aku grogi banget tadi, padahal cuma menari di depan 100 orang." |
Mendorong anak untuk berbagi kegembiraan. | Membuat anak terlihat "pamer" tetapi tidak tulus. |
Menerima pujian dengan sopan. | Menyangkal pujian tetapi tetap ingin didengar. |
Orang tua bisa mengajarkan anak untuk berbangga dengan cara yang sehat, misalnya dengan:
Saat anak melakukan humblebrag, respons orang tua sangat menentukan apakah kebiasaan ini akan berlanjut atau berhenti. Berikut cara bijak meresponsnya:
Hindari berkata, "Jangan sombong!" atau "Kamu pamer, ya?" Ini bisa membuat anak:
Sebaliknya, tanyakan dengan lembut: "Kamu senang ya dengan pencapaianmu? Ceritakan lebih banyak, yuk!" Ini mengarahkan anak untuk berbangga dengan jujur.
Berikan contoh bagaimana mengungkapkan kebanggaan tanpa humblebrag:
Anak yang sering humblebrag mungkin terlalu fokus pada hasil (nilai, juara, pujian). Ubah pola pikirnya dengan:
Ini mengajarkan bahwa proses lebih penting daripada pengakuan.
Gunakan contoh sederhana untuk menjelaskan mengapa humblebrag bisa menyakiti perasaan teman:
Anak belajar lebih baik melalui contoh konkret. Misalnya:
Untuk mengatasi humblebrag pada anak, orang tua bisa menerapkan strategi berikut:
Ajarkan anak untuk menjawab pujian dengan:
Contoh aturan:
Misalnya:
Ini melatih anak untuk berbangga dengan cara yang terstruktur.
Anak yang merasa harus selalu unggul cenderung humblebrag. Kurangi tekanan dengan:
Anak meniru orang tua. Jika Anda sering berkata, "Aku sebenarnya gak pandai masak, tapi masakanku selalu habis," anak akan mengadopsi pola ini. Sebaliknya, katakan:
Humblebrag umumnya adalah fase yang bisa diatasi. Namun, orang tua perlu waspada jika:
Jika humblebrag disertai perilaku di atas, konsultasikan dengan psikolog anak untuk penanganan lebih lanjut.
Humblebrag pada anak bukanlah tanda mereka "jahat" atau "sombong", melainkan cerminan kebutuhan akan pengakuan dan belajar batasan sosial. Dengan pendekatan yang tepat—mengajarkan kebanggaan sehat, memberi contoh yang baik, dan tidak menyalahkan—orang tua bisa membantu anak:
Ingat, tujuan utama bukan menghentikan anak untuk berbangga, melainkan mengajarkan cara berbangga yang positif. Mulailah dengan percakapan kecil setiap hari, dan jadilah panutan yang menunjukkan bahwa kejujuran dan kerendahan hati jauh lebih berharga daripada pujian semu.
Jika Anda mencari sumber belajar lain untuk anak, seperti tips belajar bahasa Inggris atau menghindari kesalahan berbahasa Inggris, pastikan untuk mengajarkannya dengan cara yang menyenangkan dan tanpa tekanan. Kebanggaan yang sehat dimulai dari lingkungan yang mendukung!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang