Jika kamu pecinta musik Korea, pasti sudah tidak asing lagi dengan K-Pop yang mendunia. Tapi tahukah kamu bahwa Korea Selatan juga memiliki genre musik tradisional yang tak kalah seru? Trot Korea—atau yang sering disebut ppongjjak—adalah jenis musik yang mirip dengan dangdut di Indonesia. Dengan cengkok khas, irama yang energik, dan kostum berwarna-warni, trot menawarkan pengalaman mendengarkan yang berbeda dari K-Pop modern. Bagi yang suka bernostalgia atau mencari musik yang bisa bikin nagih, trot adalah jawabannya!
Mirip seperti dangdut yang sering diputar di angkot atau warung kopi, trot juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. Lagu-lagu trot kerap terdengar di kendaraan umum, pasar tradisional, bahkan acara-acara keluarga. Meskipun kini popularitasnya sedikit tergeser oleh K-Pop, trot tetap memiliki tempat khusus di hati generasi tua dan pecinta musik tradisional. Jika kamu penasaran dengan keunikan trot dan ingin tahu mengapa musik ini begitu istimewa, yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Trot Korea, atau ppongjjak, adalah genre musik yang lahir pada awal abad ke-20 dan dipengaruhi oleh musik enka dari Jepang serta musik tradisional Korea. Nama "trot" sendiri berasal dari kata fox-trot, sebuah tarian populer pada masa itu. Seperti dangdut di Indonesia, trot memiliki ciri khas yang mudah dikenali, mulai dari cengkok vokal yang khas, irama yang ceria meski liriknya sedih, hingga kostum panggung yang penuh warna dan aksesoris berkilauan.
Salah satu hal menarik dari trot adalah kontras antara lirik dan musiknya. Meskipun banyak lagu trot bercerita tentang kesedihan, patah hati, atau kehidupan yang sulit, iramanya justru sangat riang dan bersemangat. Ini mirip dengan dangdut yang sering kali mengangkat tema cinta atau kehidupan sehari-hari dengan irama yang mengajak pendengarnya untuk bergoyang. Tidak heran jika trot sering dijuluki sebagai "dangdut-nya Korea Selatan" karena kemiripan dalam gaya penyampaian dan daya tariknya yang universal.
Musik trot memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari genre lain, termasuk K-Pop. Berikut adalah ciri-ciri utama yang membuat trot begitu istimewa:
Salah satu hal yang paling mudah dikenali dari trot adalah cara penyanyi mengolah vokalnya. Cengkok dalam trot sering kali terdengar berbelok-belok, mirip dengan gaya bernyanyi dalam dangdut atau musik tradisional Melayu. Penyanyi trot biasanya memiliki kemampuan vokal yang kuat untuk menghadirkan emosi yang mendalam, meskipun iramanya ceria. Contohnya bisa didengar dalam lagu-lagu klasik seperti "Tears" (눈물) dari Na Hoon-a, di mana vokalnya penuh dengan getaran dan perasaan.
Cengkok ini bukan sekadar hiasan, tetapi bagian dari identitas trot itu sendiri. Bagi pendengar, cengkok yang khas ini menjadi daya tarik tersendiri karena mampu membangkitkan nostalgia dan emosi. Tidak heran jika banyak orang Korea yang lebih tua merasa terhubung dengan lagu-lagu trot karena gaya bernyanyi yang autentik dan penuh jiwa.
Meskipun liriknya sering kali melankolis, musik trot selalu hadir dengan irama yang upbeat dan penuh semangat. Penggunaan instrumen seperti gitar listrik, keyboard, dan drum yang kuat membuat lagu-lagu trot sangat cocok untuk didengarkan sambil menari atau bersantai. Ini mirip dengan dangdut yang meskipun liriknya sedih, tetap membuat pendengarnya ingin bergerak.
Irama trot yang khas sering disebut sebagai jedak jeduk, yaitu pola ritme yang terasa "loncat-loncat" dan mengikuti ketukan yang konsisten. Pola ini membuat trot mudah diingat dan dinikmati oleh berbagai kalangan. Lagu seperti "Rokkugo" (록쿠거) dari Super Junior-T adalah contoh sempurna bagaimana trot bisa menghadirkan energi yang tinggi meski dengan lirik yang sederhana.
Salah satu daya tarik visual dari trot adalah kostum para penyanyinya. Berbeda dengan K-Pop yang sering kali mengusung konsep futuristik atau minimalis, trot lebih identik dengan pakaian berwarna-warni, rumbai-rumbai, dan aksesoris berkilauan. Kostum ini tidak hanya menambah kesan ceria, tetapi juga menjadi bagian dari pertunjukan yang menghibur.
Kostum trot sering kali terinspirasi dari busana tradisional Korea yang dimodifikasi dengan sentuhan modern. Misalnya, penyanyi wanita mungkin mengenakan hanbok dengan potongan yang lebih pendek dan ditambah payet, sementara penyanyi pria menggunakan jas berwarna cerah dengan detail yang mencolok. Hal ini membuat penampilan trot sangat berbeda dari genre musik Korea lainnya dan menambah nilai hiburan bagi penonton.
Trot pernah menjadi genre musik yang mendominasi industri hiburan Korea Selatan, terutama pada era 1970-an hingga 1990-an. Pada masa itu, lagu-lagu trot seperti "The Tears of Mokpo" (목포의 눈물) dari Song Dae-kwan atau "Camellia Lady" (동백아가씨) dari Patti Kim menjadi lagu-lagu yang sangat populer dan sering diputar di radio, televisi, bahkan di tempat-tempat umum seperti pasar dan terminal bus. Mirip dengan dangdut di Indonesia, trot adalah musik rakyat yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Namun, seiring dengan munculnya K-Pop pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, popularitas trot mulai menurun. Generasi muda Korea lebih tertarik pada musik modern yang dibawakan oleh grup idola seperti BTS, Blackpink, atau EXO. Meskipun demikian, trot tetap memiliki penggemar setia, terutama di kalangan orang tua dan pekerja yang merasa lagu-lagu trot lebih mencerminkan kehidupan mereka. Bahkan, beberapa penyanyi K-Pop seperti Daesung dari Big Bang pernah merilis lagu trot, seperti "Look at Me, Gwisun" (날 봐, 귀순), yang berhasil menarik perhatian generasi muda.
Meskipun trot dan K-Pop sama-sama berasal dari Korea Selatan, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam segi musik, penonton, dan budaya. Berikut adalah beberapa perbandingan antara keduanya:
Trot umumnya lebih disukai oleh generasi tua, sementara K-Pop didominasi oleh pendengar muda. Trot sering dianggap sebagai musik yang nostalgic dan mencerminkan kehidupan masa lalu, sedangkan K-Pop lebih identik dengan tren modern, tarian yang rumit, dan konsep visual yang menarik. Namun, belakangan ini ada upaya untuk memperkenalkan trot kepada generasi muda melalui kolaborasi dengan idola K-Pop.
Misalnya, grup Super Junior-T yang dibentuk oleh SM Entertainment pada 2007 khusus untuk membawakan lagu-lagu trot. Kehadiran grup ini membuktikan bahwa trot masih memiliki potensi untuk dinikmati oleh berbagai kalangan, asalkan dikemas dengan cara yang menarik. Hal ini mirip dengan upaya beberapa musisi dangdut di Indonesia yang berkolaborasi dengan artis pop untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Pertunjukan trot cenderung lebih sederhana dibandingkan K-Pop. Jika K-Pop mengandalkan koreografi yang rumit, efek visual yang spektakuler, dan produksi panggung yang mahal, trot lebih mengutamakan vokal yang kuat dan interaksi langsung dengan penonton. Penyanyi trot sering tampil dengan band live dan lebih fokus pada penyampaian emosi melalui suara mereka.
Hal ini membuat trot terasa lebih personal dan dekat dengan pendengar. Tidak jarang, penyanyi trot berinteraksi dengan penonton selama konser, bahkan mengajak mereka bernyanyi bersama. Ini berbeda dengan konser K-Pop yang lebih terstruktur dan mengutamakan pertunjukan yang sempurna dari segi visual dan audio.
Jika kamu penasaran dengan trot dan ingin mencoba mendengarkannya, berikut adalah beberapa lagu trot klasik dan modern yang bisa menjadi pintu masukmu ke dunia musik ini:
Lagu ini adalah salah satu lagu trot modern yang paling terkenal, terutama karena dibawakan oleh anggota Super Junior. Dengan irama yang ceria dan lirik yang sederhana, "Rokkugo" sangat cocok untuk pendengar baru yang ingin mencoba trot. Lagu ini juga sering diputar di acara-acara varietas Korea, sehingga mudah ditemukan di platform streaming.
Super Junior-T berhasil membuktikan bahwa trot bisa dikemas dengan gaya yang lebih modern tanpa kehilangan esensinya. Lagu ini juga menjadi bukti bahwa trot tidak hanya untuk generasi tua, tetapi juga bisa dinikmati oleh penggemar K-Pop.
Seol Ha-yoon adalah salah satu penyanyi trot wanita yang cukup populer di Korea. Lagu "I'm Going to Report You" memiliki lirik yang lucu dan irama yang mengajak pendengar untuk ikut bernyanyi. Lagu ini bercerita tentang seorang wanita yang marah pada kekasihnya dan mengancam akan melaporkannya—tema yang ringan dan menghibur.
Gaya bernyanyi Seol Ha-yoon yang ekspresif dan penuh energi membuat lagu ini sangat menyenangkan untuk didengar. Jika kamu suka lagu-lagu dengan lirik yang humoris dan irama yang menggelitik, lagu ini wajib masuk dalam playlist-mu.
Daesung, anggota Big Bang, pernah merilis lagu trot yang langsung menjadi hit. "Look at Me, Gwisun" adalah lagu yang bercerita tentang seorang pria yang memohon perhatian dari kekasihnya. Meskipun Daesung dikenal sebagai penyanyi K-Pop, ia berhasil membawakan lagu trot dengan sangat baik, bahkan mendapatkan pujian dari penggemar musik tradisional.
Lagu ini membuktikan bahwa trot bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, termasuk penggemar K-Pop. Keberhasilan Daesung dalam membawakan trot juga membuka peluang bagi idola K-Pop lainnya untuk mencoba genre ini, sehingga trot tidak punah ditelan zaman.
Trot bukan sekadar musik, tetapi juga bagian dari warisan budaya Korea Selatan. Seperti dangdut di Indonesia, trot mencerminkan kehidupan sehari-hari, cerita cinta, dan perjuangan masyarakat Korea pada masanya. Sayangnya, dengan semakin mendominasinya K-Pop, trot mulai terpinggirkan dan hanya dikenal oleh kalangan tertentu. Padahal, jika dipromosikan dengan baik, trot memiliki potensi untuk dikenal secara internasional, terutama bagi pecinta musik tradisional atau mereka yang mencari sesuatu yang berbeda dari K-Pop.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengintegrasikan trot ke dalam industri hiburan modern. Misalnya, dengan mengadakan konser trot yang melibatkan idola K-Pop, atau membuat program varietas yang memperkenalkan trot kepada generasi muda. Selain itu, platform streaming seperti Spotify atau YouTube juga bisa menjadi sarana untuk menyebarkan lagu-lagu trot ke pendengar di luar Korea. Jika dangdut bisa mendunia, mengapa trot tidak?
Jika kamu semakin tertarik dengan trot dan ingin memahami liriknya dengan lebih dalam, belajar bahasa Korea bisa menjadi langkah yang tepat. Dengan menguasai bahasa Korea, kamu tidak hanya bisa menikmati lagu-lagu trot tanpa tergantung terjemahan, tetapi juga memahami budaya dan sejarah di baliknya. Selain itu, belajar bahasa Korea juga membuka peluang untuk mengeksplorasi genre musik lain, seperti K-Pop, ballad, atau bahkan musik tradisional gugak.
Namun, belajar bahasa asing memang tidak selalu mudah, terutama jika kamu memiliki kesibukan lain seperti tugas kuliah atau pekerjaan. Jika kamu merasa kesulitan, Tugasin.me bisa menjadi solusi tepat untukmu! Kami tidak hanya menyediakan layanan pengerjaan tugas dan skripsi, tetapi juga bisa membantumu menemukan sumber belajar yang tepat untuk menguasai bahasa Korea dengan lebih efektif. Dengan bantuan dari tim ahli kami, kamu bisa fokus pada hal-hal yang lebih penting sementara tugas-tugasmu tetap terselesaikan dengan baik.
Jadi, tunggu apa lagi? Mulailah petualanganmu dalam dunia trot Korea dan rasakan keunikan musik yang satu ini. Siapa tahu, kamu bisa menjadi salah satu penggemar setia yang ikut melestarikan warisan budaya ini!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang