Pernahkah kamu menonton sebuah film dan tiba-tiba terpukau oleh latar tempat yang begitu indah hingga membuatmu berkeinginan untuk mengunjunginya? Prancis, dengan segala keindahan dan keragamannya, telah lama menjadi salah satu lokasi favorit para sineas dari seluruh dunia. Tidak hanya karena arsitektur klasiknya yang memesona, tetapi juga karena setiap kota di Prancis menawarkan karakteristik unik—mulai dari romantisme Paris, kemewahan Riviera, hingga keagungan pegunungan Alpen. Setiap sudut negeri ini seolah dirancang untuk menjadi latar cerita yang tak terlupakan, baik dalam film Hollywood, produksi lokal Prancis, maupun serial internasional.
Jika kamu seorang penggemar film atau sekadar pecinta traveling, artikel ini akan membawamu menjelajahi tujuh kota di Prancis yang sering muncul di layar lebar. Dari jalanan berbatu Montmartre yang artistik hingga tebing-tebing dramatis Chamonix, kita akan mengupas tata letak, sejarah, dan momen-momen ikonik yang menjadikan kota-kota ini begitu istimewa dalam dunia perfilman. Siapa tahu, setelah membaca ini, kamu akan terinspirasi untuk merencanakan perjalanan sendiri dan merasakan sensasi berdiri di tempat-tempat yang pernah menjadi bagian dari film favoritmu. Mari kita mulai petualangan sinematik ini!
Tidak ada kota di Prancis—bahkan di dunia—yang seikonik Paris ketika berbicara tentang film. Sebagai latar utama dalam ratusan produksi, Paris telah membuktikan dirinya sebagai kota serbaguna: mampu menghadirkan nuansa romantis dalam Amélie (2001), misteri dalam The Da Vinci Code (2006), hingga aksi futuristik dalam Inception (2010). Keunikan Paris terletak pada kemampuannya untuk bertransformasi sesuai genre film. Jalanan yang dipenuhi kafe-kafe kecil, bangunan bersejarah seperti Louvre, dan ikon modern seperti Menara Eiffel semuanya berkontribusi menciptakan suasana yang sulit ditiru.
Salah satu alasan mengapa Paris begitu populer di kalangan sineas adalah karena kota ini menawarkan kontras yang menarik. Di satu sisi, ada kemewahan dan glamor seperti yang ditampilkan dalam Emily in Paris (2020–sekarang), di mana kehidupan seorang wanita Amerika di kota ini digambarkan penuh warna dan dinamika. Di sisi lain, Paris juga mampu menghadirkan kesan melankolis dan artistik, seperti dalam Midnight in Paris (2011), di mana Woody Allen mengajak penonton bernostalgia ke era 1920-an melalui sudut-sudut kota yang jarang terekspos. Tidak heran jika banyak penggemar film merasa seolah-olah mereka sudah "mengenal" Paris jauh sebelum benar-benar menginjakkan kaki di sana.
Lokasi syuting ikonik di Paris yang wajib dikunjungi:
Menara Eiffel: Simbol Paris yang tak terbantahkan ini telah muncul dalam puluhan film, mulai dari adegan romantis seperti dalam Before Sunset (2004) hingga aksi spektakuler dalam Mission: Impossible – Fallout (2018). Menara ini bukan hanya sekadar latar, tetapi sering kali menjadi karakter dalam cerita, merepresentasikan cinta, harapan, atau bahkan konflik. Jika kamu berkunjung, cobalah untuk melihatnya dari Trocadéro saat matahari terbenam—pemandangan yang sering dijadikan pembuka atau penutup film.
Menara Eiffel juga memiliki sejarah menarik dalam dunia perfilman. Pada era film bisu, menara ini sering digunakan sebagai latar untuk adegan berbahaya, seperti dalam The Man Who Laughs (1928), di mana karakter utama terancam jatuh dari ketinggian. Saat ini, menara ini tetap menjadi salah satu lokasi syuting paling diminati, meskipun izinya cukup ketat karena statusnya sebagai monumen nasional.
Montmartre: Kawasan ini adalah jantung artistik Paris, dan tidak heran jika menjadi latar utama dalam Amélie. Dengan jalanan berbatu, kafe-kafe kecil, dan pemandangan kota dari atas bukit Sacré-Cœur, Montmartre menawarkan suasana bohemian yang sulit ditemukan di tempat lain. Banyak film menggunakan lokasi ini untuk menggambarkan kehidupan seniman, musisi, atau karakter-karakter eksentrik.
Selain Amélie, Montmartre juga muncul dalam Moulin Rouge! (2001), meskipun film tersebut lebih banyak syuting di studio. Namun, kabaret legendaris Moulin Rouge yang terletak di kawasan ini tetap menjadi daya tarik tersendiri. Jika kamu berkunjung, jangan lewatkan Place du Tertre, di mana para pelukis jalanan masih aktif berkreasi—mirip dengan adegan-adegan dalam film yang menggambarkan Paris sebagai kota seni.
Museum Louvre: Tidak hanya sebagai latar dalam The Da Vinci Code, Louvre juga muncul dalam film seperti Bande à part (1964) karya Jean-Luc Godard, di mana karakter-karakter berlarian di koridor museum. Bangunan ini menawarkan kombinasi sempurna antara sejarah, seni, dan misteri, membuatnya ideal untuk film thriller atau drama.
Salah satu momen paling ikonik di Louvre adalah adegan pembukaan The Da Vinci Code, di mana kurator museum ditemukan tewas di bawah lukisan Mona Lisa. Meskipun adegan tersebut sepenuhnya fiktif, piramid kaca di halaman Louvre—yang dirancang oleh I.M. Pei—memang menjadi salah satu spot foto paling populer bagi wisatawan. Jika kamu berkunjung, luangkan waktu untuk menjelajahi sayap-sayap museum yang kurang ramai, di mana kamu bisa merasakan suasana yang mirip dengan film.
Paris adalah kota yang selalu berhasil menciptakan suasana magis, baik untuk kisah cinta, petualangan, maupun misteri. Jika kamu berkesempatan berkunjung, cobalah untuk mengikuti tour film yang banyak ditawarkan—kamu akan diajak mengunjungi lokasi-lokasi syuting terkenal sambil mendengar cerita di balik layar.
Jika Paris adalah kota cinta, maka Nice adalah kota glamor. Terletak di French Riviera, kota ini menawarkan kombinasi sempurna antara pantai berpasir, laut Mediterania yang biru jernih, dan arsitektur berwarna pastel yang khas. Tidak heran jika Nice sering menjadi latar film-film yang ingin menghadirkan nuansa liburan mewah, kejahatan elegan, atau romansa di tepi laut. Dari film klasik seperti To Catch a Thief (1955) hingga aksi modern seperti Ronin (1998), Nice selalu berhasil mencuri perhatian.
Salah satu daya tarik Nice adalah kontras antara kemewahan dan keautentikan. Di satu sisi, ada Promenade des Anglais dengan hotel-hotel bintang lima dan kapal pesiar mewah yang sering muncul dalam film seperti Magic in the Moonlight (2014). Di sisi lain, ada Vieux Nice (Kota Tua Nice) dengan gang-gang sempit, pasar tradisional, dan rumah-rumah berwarna cerah yang memberikan kesan lebih hangat dan autentik. Kombinasi ini membuat Nice cocok untuk berbagai genre film, dari komedi romantis hingga thriller aksi.
Lokasi syuting ikonik di Nice yang patut dikunjungi:
Promenade des Anglais: Jalan tepi laut ini adalah salah satu ikon Nice yang paling sering muncul di film. Dalam To Catch a Thief, Cary Grant dan Grace Kelly berlari-larian di sepanjang promenade ini, mengejar pencuri permata sambil menikmati pemandangan laut. Jalan ini juga menjadi latar dalam Ronin, di mana adegan kejar-kejaran mobil yang menegangkan berlangsung.
Promenade des Anglais tidak hanya indah di layar, tetapi juga dalam kehidupan nyata. Setiap tahun, jalan ini menjadi tuan rumah berbagai acara, termasuk karnaval Nice yang terkenal. Jika kamu berkunjung, cobalah untuk menyewa sepeda atau sekadar berjalan kaki sambil menikmati pemandangan—kamu akan merasakan mengapa tempat ini begitu digemari oleh sineas.
Colline du Château (Castle Hill): Dari atas bukit ini, kamu bisa menikmati pemandangan panoramik Nice yang sering digunakan sebagai latar adegan romantis. Dalam Magic in the Moonlight, Woody Allen menggunakan lokasi ini untuk menggambarkan percakapan penting antara karakter utama. Suasana tenang dan pemandangan laut yang luas membuat tempat ini ideal untuk momen-momen emosional dalam film.
Castle Hill juga memiliki sejarah yang menarik. Meskipun "kastil" yang pernah berdiri di sini sudah hancur, reruntuhannya masih bisa dilihat, dan area sekitarnya kini menjadi taman publik. Kamu bisa naik tangga atau menggunakan lift gratis untuk mencapai puncak. Di sana, selain pemandangan, kamu juga akan menemukan air mancur dan kafe kecil—sempurna untuk bersantai sambil membayangkan diri sebagai karakter dalam film.
Vieux Nice (Kota Tua Nice): Kawasan ini adalah jantung budaya Nice, dengan gang-gang sempit, pasar bunga (Cours Saleya), dan rumah-rumah berwarna kuning dan merah yang khas. Dalam film seperti Magic in the Moonlight, Vieux Nice digunakan untuk menghadirkan suasana Prancis yang lebih tradisional dan hangat.
Salah satu pengalaman terbaik di Vieux Nice adalah menjelajahi pasar pagi, di mana kamu bisa menemukan buah-buahan segar, rempah-rempah, dan bunga-bunga indah. Banyak film menggunakan pasar ini sebagai latar untuk adegan kehidupan sehari-hari, karena suasananya yang autentik dan penuh warna. Jika kamu penggemar kuliner, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi socca (sejenis pancake tepung kacang) atau pissaladière (pizza khas Nice) di kafe-kafe kecil di sini.
Nice adalah kota yang menawarkan lebih dari sekadar pantai. Dengan sejarah yang kaya, budaya yang beragam, dan pemandangan yang menakjubkan, tidak heran jika kota ini terus menjadi favorit para sineas. Jika kamu merencanakan kunjungan, pertimbangkan untuk menginap di hotel-hotel boutique di Kota Tua atau menyewa kapal pesiar kecil untuk menjelajahi teluk—seperti yang sering ditampilkan dalam film.
Marseille sering kali digambarkan sebagai kota yang kasar namun penuh pesona. Sebagai pelabuhan tertua dan terbesar di Prancis, kota ini memiliki karakter yang kuat: perpaduan antara sejarah kuno, kehidupan urban yang dinamis, dan pemandangan Mediterania yang menakjubkan. Tidak heran jika Marseille sering menjadi latar film-film aksi, kriminal, atau drama sosial. Dari The French Connection (1971) hingga Taxi (1998), kota ini berhasil menghadirkan suasana yang autentik dan penuh ketegangan.
Salah satu keunikan Marseille adalah keragamannya. Kota ini adalah tempat bertemunya berbagai budaya—Arab, Afrika, Italia, dan Prancis—yang tercermin dalam arsitektur, kuliner, dan bahasa sehari-hari. Hal ini membuat Marseille menjadi latar yang sempurna untuk film-film yang ingin menggambarkan kehidupan kota yang kompleks dan multikultural. Selain itu, lanskap alam sekitar Marseille, seperti calanques (tebing-tebing kapur yang menjulang di atas laut), menambah dimensi petualangan dalam banyak produksi film.
Lokasi syuting ikonik di Marseille yang wajib dikunjungi:
Vieux-Port (Pelabuhan Tua): Ini adalah jantung Marseille, di mana sejarah dan kehidupan modern bertemu. Dalam The French Connection, Pelabuhan Tua menjadi latar untuk adegan-adegan kriminal yang intens, sementara dalam Taxi, kejar-kejaran mobil yang kocak berlangsung di sekitar area ini. Pelabuhan ini juga sering muncul dalam film-film yang menggambarkan kehidupan nelayan atau perdagangan di Mediterania.
Saat berkunjung, kamu bisa menyaksikan kapal-kapal tradisional yang bersandar atau mencicipi makanan laut segar di restoran-restoran di sekitar pelabuhan. Jangan lewatkan pasar ikan pagi, di mana kamu bisa merasakan suasana autentik Marseille yang jarang terlihat dalam film. Di malam hari, Pelabuhan Tua berubah menjadi tempat nongkrong dengan bar-bar yang hidup, mirip dengan adegan-adegan dalam film yang menggambarkan kehidupan malam kota.
Basilique Notre-Dame de la Garde: Gereja yang terletak di atas bukit ini tidak hanya menawarkan pemandangan Marseille yang spektakuler, tetapi juga sering digunakan sebagai latar dalam film. Dalam The Transporter (2002), adegan aksi berlangsung di sekitar area ini, sementara dalam film-film drama, gereja ini sering menjadi simbol harapan atau perlindungan.
Notre-Dame de la Garde, yang juga dikenal sebagai "La Bonne Mère" (Ibu Baik), adalah tempat ziarah penting bagi penduduk lokal. Bangunannya yang megah dengan mozaik emas dan interior yang indah membuatnya layak dikunjungi. Dari halaman gereja, kamu bisa melihat seluruh kota Marseille dan pelabuhan—pemandangan yang sering dijadikan latar dalam film untuk menunjukkan skala dan keindahan kota.
Calanques de Marseille: Tebing-tebing kapur putih yang menjulang di atas air laut biru ini adalah salah satu keajaiban alam Prancis. Dalam The Revenant (2015), beberapa adegan petualangan diambil di lokasi yang mirip dengan calanques, sementara dalam film-film lokal, area ini sering digunakan untuk adegan survival atau eksplorasi.
Calanques bisa diakses dengan berjalan kaki, berperahu, atau bahkan kayak. Jika kamu menyukai hiking, jalur dari Luminy ke Calanque de Sugiton menawarkan pemandangan yang luar biasa—mirip dengan yang sering ditampilkan dalam film petualangan. Airnya yang jernih juga ideal untuk snorkeling atau berenang, menjadikannya lokasi sempurna untuk adegan-adegan yang membutuhkan latar alam yang dramatis.
Marseille adalah kota yang tidak bisa diabaikan. Dengan sejarah yang kaya, budaya yang beragam, dan lanskap yang menakjubkan, kota ini menawarkan pengalaman yang jauh lebih dalam daripada yang bisa ditampilkan dalam film. Jika kamu berkunjung, luangkan waktu untuk menjelajahi tidak hanya lokasi-lokasi ikonik, tetapi juga sudut-sudut tersembunyi yang membuat Marseille begitu istimewa.
Bordeaux mungkin lebih terkenal sebagai ibu kota anggur dunia, tetapi kota ini juga memiliki daya tarik tersendiri dalam dunia perfilman. Dengan arsitektur klasiknya yang elegan, sungai Garonne yang tenang, dan lanskap kebun anggur yang membentang luas, Bordeaux menawarkan latar yang sempurna untuk film-film berlatar sejarah, drama, atau bahkan misteri. Dari Les Petits Mouchoirs (2010) hingga Blood & Wine (1996), kota ini berhasil menghadirkan nuansa Prancis yang lebih tenang namun tidak kalah memesona.
Salah satu keunggulan Bordeaux sebagai lokasi syuting adalah keserbagunaannya. Kota ini bisa menggambarkan kemewahan melalui château-château anggur yang megah, tetapi juga mampu menunjukkan sisi kehidupan sehari-hari melalui pasar-pasar tradisional dan kafe-kafe di tepi sungai. Selain itu, Bordeaux memiliki sejarah yang kaya sebagai pelabuhan penting pada abad ke-18, yang sering dieksplorasi dalam film-film bertema perdagangan atau petualangan.
Lokasi syuting ikonik di Bordeaux yang patut dikunjungi:
Place de la Bourse & Miroir d'Eau: Alun-alun ini adalah salah satu landmark paling terkenal di Bordeaux, dan sering muncul dalam film sebagai simbol keanggunan kota. Dalam Les Petits Mouchoirs, adegan-adegan penting berlangsung di sekitar area ini, sementara dalam film dokumenter, Miroir d'Eau (cermin air) sering digunakan untuk menghadirkan efek visual yang menakjubkan.
Place de la Bourse dibangun pada abad ke-18 dan merupakan contoh arsitektur klasik Prancis yang indah. Miroir d'Eau, yang terletak di depannya, adalah kolam dangkal yang mencerminkan bangunan-bangunan sekitarnya, menciptakan ilusi optik yang sering dimanfaatkan dalam film. Jika kamu berkunjung, cobalah untuk datang pada malam hari, ketika lampu-lampu menyala dan suasana menjadi lebih magis—mirip dengan adegan-adegan romantis dalam film.
Pont de Pierre: Jembatan batu bersejarah ini membentang di atas Sungai Garonne dan sering digunakan sebagai latar dalam film untuk adegan perjalanan atau percakapan penting. Dalam Le Tourbillon de la Vie (2022), jembatan ini menjadi simbol transisi dalam kehidupan karakter utama.
Pont de Pierre dibangun pada masa Napoleon dan merupakan salah satu jembatan tertua di Bordeaux. Berjalan di atasnya sambil menikmati pemandangan sungai adalah pengalaman yang sering digambarkan dalam film sebagai momen refleksi. Di sekitar jembatan, kamu juga bisa menemukan kafe-kafe kecil yang menawarkan anggur lokal—sempurna untuk bersantai sambil membayangkan diri sebagai karakter dalam sebuah drama Prancis.
Kebun Anggur Médoc & Saint-Émilion: Meskipun tidak berada tepat di dalam kota Bordeaux, kebun anggur di sekitarnya sering digunakan sebagai latar dalam film bertema gastronomi atau drama keluarga. Dalam Blood & Wine, suasana kebun anggur yang tenang namun penuh intrik menjadi latar utama cerita.
Saint-Émilion, yang terletak sekitar satu jam dari Bordeaux, adalah desa anggur yang indah dengan jalanan berbatu dan gereja monolitik. Banyak film menggunakan lokasi ini untuk menggambarkan kehidupan pedesaan Prancis yang idilis. Jika kamu berkunjung, pastikan untuk mengikuti tur degustasi anggur—kamu akan merasakan mengapa wilayah ini begitu digemari oleh sineas yang ingin menghadirkan nuansa autentik Prancis.
Bordeaux adalah kota yang menawarkan perpaduan sempurna antara sejarah, budaya, dan alam. Jika kamu penggemar film atau sekadar mencari destinasi yang tenang namun elegan, Bordeaux adalah pilihan yang tepat. Selain menjelajahi lokasi syuting, jangan lupa untuk mencicipi anggur lokal dan menikmati masakan khas Bordeaux, seperti canelés (kue kecil beraroma vanila) atau entrecôte à la bordelaise (daging sapi dengan saus anggur merah).
Strasbourg adalah kota yang seolah keluar dari halaman buku dongeng. Dengan arsitektur setengah kayu khas Alsace, kanal-kanal yang tenang, dan katedral gotik yang menjulang tinggi, kota ini menawarkan latar yang sempurna untuk film-film berlatar sejarah, fantasi, atau romansa. Terletak di perbatasan Prancis dan Jerman, Strasbourg memiliki karakter unik yang mencerminkan perpaduan dua budaya, menjadikannya lokasi syuting yang sangat menarik.
Salah satu alasan mengapa Strasbourg sering muncul di film adalah atmosfernya yang timeless. Kota ini seolah tidak berubah sejak abad pertengahan, dengan rumah-rumah berbingkai kayu, jalanan berbatu, dan pasar Natal yang terkenal. Dalam Sherlock Holmes: A Game of Shadows (2011), Strasbourg digunakan untuk menggambarkan Eropa pada akhir abad ke-19, sementara dalam Joyeux Noël (2005), kota ini menjadi latar untuk cerita tentang perdamaian di tengah Perang Dunia I.
Lokasi syuting ikonik di Strasbourg yang wajib dikunjungi:
Petite France: Kawasan ini adalah jantung Strasbourg yang paling fotogenik, dengan rumah-rumah setengah kayu yang berjejer rapi di tepi kanal. Dalam LAuberge Espagnole (2002), Petite France digunakan untuk menggambarkan kehidupan mahasiswa internasional yang penuh warna. Suasana di sini sangat cocok untuk film-film yang ingin menghadirkan nuansa Eropa klasik.
Petite France awalnya adalah distrik penyamakan kulit pada abad pertengahan, dan nama "Petite France" (Prancis Kecil) berasal dari rumah sakit yang didirikan di sini untuk mengobati penyakit sifilis, yang pada saat itu disebut "penyakit Prancis". Saat ini, kawasan ini adalah salah satu tempat paling romantis di Strasbourg, dengan restoran-restoran yang menyajikan masakan Alsace seperti choucroute (sauerkraut dengan sosis) dan tarte flambée (pizza tipis khas Alsace).
Katedral Notre-Dame de Strasbourg: Katedral gotik ini adalah salah satu bangunan tertinggi di dunia pada masanya dan sering muncul dalam film sebagai simbol keagungan atau misteri. Dalam Sherlock Holmes: A Game of Shadows, katedral ini menjadi latar untuk adegan-adegan yang menggambarkan intrig Eropa pada akhir abad ke-19.
Katedral Strasbourg dibangun antara abad ke-12 dan ke-15 dan memiliki menara setinggi 142 meter. Di dalamnya, kamu bisa menemukan jam astronomi yang masih berfungsi sejak abad ke-16. Jika kamu berkunjung, naiklah ke puncak menara untuk menikmati pemandangan kota—mirip dengan yang sering ditampilkan dalam film sebagai latar untuk adegan klimaks.
Ponts Couverts & Barrage Vauban: Jembatan-jembatan batu bersejarah ini membentang di atas Sungai Ill dan sering digunakan dalam film untuk menghadirkan suasana abad pertengahan. Dalam Joyeux Noël, jembatan ini menjadi latar untuk adegan-adegan yang menggambarkan kehidupan di Eropa pada awal abad ke-20.
Ponts Couverts awalnya dibangun sebagai bagian dari sistem pertahanan kota pada abad ke-13. Meskipun namanya berarti "jembatan tertutup," atapnya sudah tidak ada sejak abad ke-18. Barrage Vauban, yang terletak di dekatnya, adalah bendungan yang juga berfungsi sebagai jembatan dan menawarkan pemandangan indah ke arah Petite France. Kedua lokasi ini sering digunakan dalam film untuk menunjukkan sisi Strasbourg yang lebih kuno dan misterius.
Strasbourg adalah kota yang menawarkan pengalaman seperti berada dalam sebuah dongeng. Jika kamu berkunjung, pastikan untuk mengikuti tur kapal di sepanjang kanal, mengunjungi pasar Natal (jika datang pada bulan Desember), dan mencicipi masakan Alsace yang lezat. Kota ini juga merupakan basis yang baik untuk menjelajahi wilayah Alsace lainnya, seperti desa-desa anggur di sepanjang Route des Vins.
Jika kamu mencari latar alam yang spektakuler untuk film aksi, petualangan, atau survival, Chamonix adalah jawabannya. Terletak di kaki Mont Blanc—gunung tertinggi di Eropa—kota ini menawarkan pemandangan pegunungan yang menakjubkan, gletser yang dramatis, dan suasana yang penuh tantangan. Tidak heran jika Chamonix sering menjadi lokasi syuting untuk film-film seperti The Revenant (2015) atau Point Break (2015), di mana alam menjadi karakter utama dalam cerita.
Salah satu keunggulan Chamonix sebagai lokasi syuting adalah keragamannya. Di musim dingin, kota ini berubah menjadi surga ski dan snowboarding, sementara di musim panas, jalur hiking dan pendakian menawarkan pemandangan yang tidak kalah menakjubkan. Selain itu, Chamonix memiliki sejarah panjang sebagai pusat olahraga ekstrem, yang sering dieksplorasi dalam film-film bertema petualangan.
Lokasi syuting ikonik di Chamonix yang wajib dikunjungi:
Mont Blanc: Gunung ini adalah ikon Chamonix dan sering muncul dalam film sebagai simbol tantangan atau keagungan alam. Dalam The Revenant, meskipun sebagian besar adegan diambil di Kanada, suasana pegunungan bersalju yang ditampilkan sangat mirip dengan Mont Blanc. Gunung ini juga menjadi latar dalam Belle & Sébastien (2013), di mana cerita persahabatan antara seorang anak dan anjing berlangsung di tengah pemandangan yang indah.
Mont Blanc memiliki ketinggian 4.808 meter dan merupakan tujuan utama bagi pendaki dari seluruh dunia. Jika kamu tidak berpengalaman dalam mendaki, kamu masih bisa menikmati keindahannya dengan naik kereta gigi ke Aiguille du Midi atau berjalan-jalan di sekitar danau Lac Blanc. Banyak film menggunakan pemandangan Mont Blanc untuk menghadirkan rasa kagum atau ketakutan terhadap kekuatan alam.
Aiguille du Midi: Puncak ini menawarkan pemandangan 360 derajat pegunungan Alpen dan sering digunakan dalam film untuk adegan-adegan yang membutuhkan latar dramatis. Dalam Point Break (2015), adegan snowboarding yang menegangkan berlangsung di sekitar area ini.
Aiguille du Midi bisa diakses dengan kereta kabel dari Chamonix, dan perjalanan ini sendiri sudah menawarkan pemandangan yang spektakuler. Di puncak, kamu bisa berjalan di atas jembatan kaca yang menjulang di atas jurang—pengalaman yang sering digambarkan dalam film sebagai momen penuh adrenalin. Jika kamu beruntung, kamu juga bisa melihat para pendaki yang sedang menaklukkan Mont Blanc dari kejauhan.
Glacier des Bossons: Gletser ini adalah salah satu yang paling mudah diakses dari Chamonix dan sering digunakan dalam film sebagai latar untuk adegan survival atau eksplorasi. Dalam Touching the Void (2003), meskipun film ini berlatar di Andes, suasana gletser yang ditampilkan sangat mirip dengan Glacier des Bossons.
Glacier des Bossons bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari Chamonix atau dengan kereta gigi. Gletser ini terkenal karena esnya yang biru keputihan dan pemandangan yang menakjubkan. Banyak film menggunakan lokasi ini untuk menggambarkan perjuangan manusia melawan alam, atau sebagai latar untuk adegan-adegan yang membutuhkan suasana dingin dan terisolasi.
Chamonix adalah surga bagi pecinta alam dan petualangan. Jika kamu berkunjung, pastikan untuk mencoba aktivitas seperti hiking, ski, atau paragliding—semua ini sering ditampilkan dalam film sebagai bagian dari cerita yang mendebarkan. Selain itu, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi masakan Savoya, seperti tartiflette (kentang panggang dengan keju dan daging asap) atau raclette, yang sempurna untuk menghangatkan tubuh setelah seharian beraktivitas di luar ruangan.
Meskipun sering terlewatkan oleh wisatawan, Lyon adalah salah satu kota paling menarik di Prancis, baik dari segi sejarah maupun kuliner. Sebagai ibu kota gastronomi dunia, Lyon menawarkan latar yang sempurna untuk film-film bertema kuliner, seperti Ratatouille (2007)—meskipun film animasi tersebut berlatar di Paris, banyak inspirasi kuliner yang berasal dari Lyon. Selain itu, kota ini memiliki sejarah Romawi yang kaya dan arsitektur Renaissance yang indah, menjadikannya lokasi syuting yang serbaguna.
Salah satu keunggulan Lyon adalah keragamannya. Kota ini memiliki dua sungai besar (Rhône dan Saône), bukit Fourvière dengan basilika megah, dan distrik-distrik bersejarah seperti Vieux Lyon yang terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Dalam film seperti The Cook, the Thief, His Wife & Her Lover (1989), Lyon digunakan untuk menghadirkan suasana kuliner yang mewah dan penuh intrik.
Lokasi syuting ikonik di Lyon yang patut dikunjungi:
Basilique Notre-Dame de Fourvière: Basilika ini terletak di atas bukit Fourvière dan menawarkan pemandangan seluruh kota Lyon. Dalam film-film bertema sejarah atau drama, basilika ini sering digunakan sebagai latar untuk adegan-adegan yang membutuhkan suasana agung atau spiritual.
Basilika Fourvière dibangun pada abad ke-19 dan merupakan perpaduan antara arsitektur Bizantium dan Gothic. Di dalamnya, kamu bisa menemukan mozaik-mozaik indah yang menggambarkan sejarah Kristen. Jika kamu berkunjung, pastikan untuk naik kereta kabel dari Vieux Lyon—perjalanan ini menawarkan pemandangan yang sering ditampilkan dalam film sebagai transisi antara kota modern dan sejarah kuno.
Vieux Lyon: Distrik bersejarah ini adalah salah satu kawasan Renaissance terbesar di Eropa dan sering digunakan dalam film untuk menghadirkan suasana Prancis pada abad ke-16. Jalanan berbatu, rumah-rumah berwarna-warni, dan traboules (lorong-lorong tersembunyi) membuat Vieux Lyon menjadi latar yang sempurna untuk film misteri atau romansa.
Salah satu traboule paling terkenal adalah di 54 Rue Saint-Jean, yang menghubungkan jalan ini dengan Rue du Bœuf. Lorong-lorong ini awalnya digunakan oleh pengrajin sutra untuk mengangkut barang-barang mereka, dan sekarang menjadi daya tarik wisata yang unik. Banyak film menggunakan traboules sebagai latar untuk adegan-adegan penuh kejutan atau pertemuan rahasia.
Les Halles de Lyon Paul Bocuse: Pasar kuliner ini adalah surga bagi pecinta makanan dan sering muncul dalam film atau dokumenter bertema gastronomi. Nama Paul Bocuse, koki legendaris asal Lyon, sudah cukup untuk menjadikan tempat ini sebagai ikon kuliner Prancis.
Di Les Halles, kamu bisa menemukan berbagai produk lokal, dari keju dan sosis hingga anggur dan cokelat. Banyak film menggunakan pasar ini untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari di Lyon atau sebagai latar untuk adegan-adegan yang berhubungan dengan makanan. Jika kamu berkunjung, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi quenelle (sejenis dumpling ikan) atau salade lyonnaise (salad dengan daging babi asap dan crouton).
Lyon adalah kota yang sering terlupakan, tetapi menawarkan pengalaman yang tidak kalah menarik dengan destinasi lain di Prancis. Jika kamu penggemar kuliner atau sejarah, Lyon adalah tempat yang sempurna untuk dikunjungi. Selain menjelajahi lokasi syuting, pastikan untuk mengikuti tur kuliner atau mengunjungi museum-museum seperti Musée des Beaux-Arts, yang memiliki koleksi seni yang luar biasa.
Prancis bukan hanya tentang Menara Eiffel atau kafe-kafe di Paris. Setiap kota di negeri ini memiliki karakteristik unik yang membuatnya layak untuk dijadikan latar film. Dari romantisme Paris hingga petualangan di Chamonix, dari kemewahan Nice hingga kehangatan Bordeaux, Prancis menawarkan beragam pengalaman yang bisa membuat perjalananmu terasa seperti berada dalam sebuah film.
Jika kamu merencanakan kunjungan ke Prancis, pertimbangkan untuk mengikuti jejak film-film favoritmu. Kunjungi lokasi syuting ikonik, rasakan suasana yang pernah menghidupkan adegan-adegan terkenal, dan ciptakan momen-momen sinematik milikmu sendiri. Dan jika kamu membutuhkan bantuan dalam merencanakan perjalanan, merancang itinerary, atau bahkan menulis esai tentang pengalaman travelingmu, Tugasin siap membantu. Dengan layanan penulisan tugas dan tesis yang profesional, kamu bisa fokus menikmati petualangan tanpa khawatir dengan pekerjaan akademis. Jadi, siap untuk menjelajahi Prancis seperti seorang karakter dalam film?
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang