Korea Selatan bukan hanya terkenal dengan drama, musik K-pop, dan kuliner lezat seperti kimchi atau tteokbokki, tetapi juga dengan kebiasaan unik yang mencerminkan nilai-nilai sosial dan budaya masyarakatnya. Bagi kamu yang berencana berkunjung, belajar, atau bahkan tinggal di sana, memahami kebiasaan ini bukan hanya sekadar pengetahuan tambahan—melainkan kunci untuk beradaptasi dengan lancar dan menghindari culture shock. Dari ketepatan waktu yang hampir sempurna hingga etika sopan santun yang ketat, setiap detail mencerminkan bagaimana orang Korea Selatan menjaga harmoni dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memberi gambaran lebih jelas, kami telah mengumpulkan pengalaman langsung dari tutor asli Korea Selatan yang pernah tinggal dan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Mereka membagikan tujuh kebiasaan menarik yang mungkin membuatmu terkejut, terinspirasi, atau bahkan tertawa. Mulai dari cara mereka menghargai waktu hingga tradisi makan yang penuh aturan, kebiasaan-kebiasaan ini menunjukkan mengapa Korea Selatan sering dijuluki sebagai negara dengan disiplin tinggi namun tetap hangat dalam bersosialisasi. Jadi, siap-siap untuk terkesima dan mungkin mulai menerapkan beberapa di antaranya dalam kehidupanmu!
Jika kamu terbiasa datang terlambat lima atau sepuluh menit dalam pertemuan, kebiasaan ini harus segera diubah sebelum menginjakkan kaki di Korea Selatan. Masyarakat di sana menjunjung tinggi ketepatan waktu sebagai bentuk penghormatan terhadap orang lain. Misalnya, transportasi umum seperti bus atau kereta api selalu beroperasi tepat sesuai jadwal—bahkan detik pun tidak boleh terlewat. Halte bus dilengkapi dengan papan elektronik yang menunjukkan estimasi kedatangan, dan jarang sekali terjadi keterlambatan tanpa alasan yang jelas.
Kebiasaan ini juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pertemuan bisnis, janji temu dengan teman, atau bahkan kedatangan di restoran. Jika kamu diundang makan malam pukul 19.00, datanglah tepat waktu atau bahkan lima menit lebih awal. Keterlambatan tanpa pemberitahuan dianggap tidak sopan dan bisa meninggalkan kesan buruk. Bagi orang Korea, waktu adalah bentuk tanggung jawab, dan menghargainya berarti menghargai orang yang menunggu. Jadi, mulailah membiasakan diri dengan alarm atau pengingat agar tidak ketinggalan!
Salah satu kebiasaan yang paling mencolok dan sering membuat orang asing kaget adalah tradisi melepas sepatu sebelum memasuki rumah, ruang pas di toko, atau bahkan beberapa restoran tradisional. Kebiasaan ini bukan sekadar aturan, melainkan bagian dari budaya menjaga kebersihan dan kenyamanan bersama. Sepatu dianggap membawa kotoran dari luar, sehingga harus ditinggalkan di depan pintu dan diganti dengan sandal dalam ruangan yang biasanya sudah disediakan.
Pengalaman seorang tutor asing yang lupa melepas sepatu saat mencoba baju di toko pakaian pernah menuai amarah dari ahjumma (sebutan untuk ibu-ibu Korea). Meskipun terdengar sepele, pelanggaran ini dianggap sangat tidak sopan karena menunjukkan ketidakpedulian terhadap kebersihan tempat. Untuk menghindari kesalahan serupa, perhatikan tanda-tanda seperti rak sepatu di depan pintu atau sandal yang tersusun rapi. Jika ragu, tanyakan dengan sopan, “Sinbal deusyeoyo?” (Haruskah melepas sepatu?) untuk memastikan.
Orang Korea Selatan memiliki cara khusus dalam memberi atau menerima barang, terutama jika melibatkan orang yang lebih tua atau atasan. Ketika memberi sesuatu, gunakan dua tangan sebagai tanda penghormatan. Misalnya, saat memberikan kartu nama, uang, atau hadiah, peganglah dengan kedua tangan atau letakkan di atas tangan kanan sebagai dukungan. Kebiasaan ini menunjukkan rasa hormat dan kerendahan hati, nilai yang sangat dihargai dalam budaya Konfusianisme.
Demikian pula saat menerima barang, terutama dari orang yang lebih senior, gunakan kedua tangan atau sentuh lengan kanan dengan tangan kiri sebagai isyarat sopan. Jika kamu menerima hadiah, jangan langsung dibuka di depan pemberi kecuali diminta—ini dianggap kurang ajar. Tunggu hingga pemberi pergi atau beri tahu bahwa kamu akan membukanya nanti. Kebiasaan kecil ini mungkin terlihat sepele, tetapi bisa membuat perbedaan besar dalam kesan yang kamu tinggalkan, terutama dalam lingkungan profesional atau pertemuan formal.
Makan bersama di Korea Selatan bukan sekadar aktivitas mengisi perut, melainkan momen sosial yang penuh aturan tidak tertulis. Salah satunya adalah menunggu orang tertua memulai makan. Jika kamu makan dengan kelompok, terutama dengan orang yang lebih tua, tunggulah hingga mereka mengangkat sumpit atau sendok terlebih dahulu. Ini menunjukkan penghormatan terhadap hierarki usia, yang sangat penting dalam budaya Korea.
Selain itu, ada etika lain seperti tidak menancapkan sumpit tegak di nasi (karena mirip dengan ritual pemakaman), mengambil makanan dari piring bersama dengan sumpit pribadi (gunakan sumpit khusus yang disediakan), dan menghindari suara saat makan (meskipun menyesap mie dengan suara keras dianggap normal di beberapa tempat). Jika kamu diundang makan oleh teman atau rekan Korea, perhatikan cara mereka makan dan ikuti saja—ini adalah cara terbaik untuk belajar tanpa harus bertanya secara langsung.
Masyarakat Korea Selatan dikenal individualis dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kota besar seperti Seoul atau Busan. Misalnya, jarang ada orang yang menawarkan bantuan secara spontan, bahkan jika kamu terlihat kesulitan membawa barang berat. Ini bukan berarti mereka tidak peduli, tetapi lebih karena budaya yang menghargai privasi dan kemandirian. Jadi, jangan heran jika tidak ada yang membantu kamu mengangkat koper di stasiun kereta—mereka mungkin berpikir kamu lebih nyaman melakukannya sendiri.
Namun, kebiasaan ini berbanding terbalik ketika kamu mengunjungi daerah pedesaan atau berinteraksi dengan generasi yang lebih tua. Di desa-desa, warga cenderung lebih ramah dan terbuka, bahkan kepada orang asing. Seorang tutor pernah bercerita tentang pengalamannya disapa hangat oleh halmoni (nenek-nenek) yang menawarkan makanan atau sekadar mengobrol di jalan. Ini menunjukkan bahwa sikap masyarakat Korea sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan latar belakang sosial. Jadi, jangan ragu untuk tersenyum dan menyapa terlebih dahulu—keramahan seringkali dibalas dengan keramahan.
Nunchi (눈치) adalah konsep penting dalam budaya Korea yang berarti kemampuan membaca suasana atau perasaan orang lain tanpa perlu dijelaskan secara verbal. Misalnya, jika temanmu terlihat lelah, tawarkanlah minuman hangat tanpa menunggu diminta. Atau, jika suasana di ruangan terasa tegang, hindari topik pembicaraan yang kontroversial. Nunchi dianggap sebagai keterampilan sosial yang menunjukkan kepedulian dan kecerdasan emosional.
Kebiasaan ini sangat berguna dalam berbagai situasi, mulai dari pertemuan bisnis hingga berkumpul dengan teman. Orang Korea Selatan biasanya sangat peka terhadap Nunchi dan menghargai mereka yang bisa "membaca udara" dengan baik. Jika kamu merasa kesulitan, perhatikan ekspresi wajah, nada suara, atau bahasa tubuh orang sekitar. Dengan berlatih, kamu akan semakin mahir dalam beradaptasi dan menunjukkan bahwa kamu adalah orang yang considerate (perhatian).
Berbeda dengan budaya Barat yang menganggap senyum sebagai tanda keramahan, orang Korea Selatan cenderung tidak tersenyum secara berlebihan kepada orang asing, terutama di tempat umum. Senyum yang terlalu lebar atau kontak mata yang terlalu lama bisa dianggap aneh atau bahkan mengganggu. Ini bukan berarti mereka tidak ramah, tetapi lebih karena mereka menjaga jarak dan privasi dalam interaksi sosial.
Namun, sekali kamu mulai mengenali mereka, sikap ini akan berubah. Teman atau rekan kerja Korea Selatan bisa menjadi sangat hangat dan ekspresif setelah rasa percaya terbangun. Jadi, jangan salah paham jika orang Korea terlihat dingin pada pertemuan pertama—ini hanya bagian dari etika mereka. Sebagai gantinya, tunjukkan sikap yang sopan dan bersikaplah natural. Jika kamu ingin tersenyum, lakukan dengan wajar dan tidak berlebihan, terutama dalam situasi formal.
Memahami kebiasaan unik Korea Selatan adalah langkah awal, tetapi persiapan mental juga sangat penting. Berikut beberapa tips dari tutor asli untuk membantu kamu beradaptasi:
Jika kamu merasa perlu bimbingan lebih lanjut, baik dalam memahami budaya maupun bahasa Korea, Tugasin.me siap membantu. Kami menyediakan layanan konsultasi dan pendampingan untuk tugas, tesis, atau bahkan persiapan kehidupan di Korea Selatan. Dengan bantuan tutor ahli, kamu bisa belajar dari pengalaman nyata dan menghindari kesalahan umum yang sering dilakukan oleh orang asing. Hubungi kami sekarang untuk konsultasi gratis dan mulailah persiapanmu dengan percaya diri!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang