Budaya kerja 996 di China telah menjadi salah satu topik paling kontroversial dalam dunia profesional global. Istilah ini merujuk pada jadwal kerja ekstrem: masuk pukul 9 pagi, pulang pukul 9 malam, selama 6 hari seminggu—atau total 72 jam kerja per pekan. Meskipun sistem ini pernah dianggap sebagai kunci sukses perusahaan-perusahaan raksasa di China, dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental pekerja memicu perdebatan sengit. Di satu sisi, budaya ini dipuji sebagai pendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, banyak yang mengkritiknya sebagai bentuk eksploitasi yang merusak keseimbangan hidup.
Bagi kamu yang tertarik bekerja atau berkarier di China, memahami seluk-beluk budaya kerja 996 sangat penting. Tidak hanya sekadar mengetahui jadwal kerjanya, tetapi juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi, hukum ketenagakerjaan, dan bahkan dinamika sosial di negara tersebut. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa budaya 996 menimbulkan pro-kontra, mulai dari latar belakangnya, dampak negatifnya, hingga respons pemerintah dan masyarakat. Simak sampai akhir untuk mengetahui apakah sistem ini masih berlaku hari ini dan bagaimana kamu bisa bersiap jika berencana bekerja di China.
Budaya kerja 996 adalah sistem di mana karyawan diharuskan bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam, selama 6 hari dalam seminggu. Ini berarti total jam kerja mencapai 12 jam per hari atau 72 jam per minggu—jauh melampaui standar internasional yang umumnya 40 jam per minggu. Sistem ini tidak hanya mencakup jam kerja reguler, tetapi sering kali disertai dengan lembur wajib tanpa kompensasi, terutama di perusahaan teknologi dan startup.
Budaya ini mulai populer pada akhir 2010-an, terutama setelah sejumlah pengusaha sukses China seperti founder Alibaba dan JD.com secara terbuka mendukungnya. Mereka berargumen bahwa kerja keras adalah kunci kesuksesan, dan 996 adalah "hadiah" bagi karyawan yang ingin berkembang. Namun, yang sering tidak disadari adalah bahwa sistem ini tidak selalu bersifat sukarela. Banyak karyawan merasa tertekan untuk mengikuti karena takut kehilangan pekerjaan atau kesempatan promosi. Bahkan, beberapa perusahaan mencantumkan 996 sebagai syarat tidak tertulis dalam kontrak kerja.
Menariknya, budaya ini tidak hanya terbatas pada perusahaan swasta. Beberapa institusi pemerintah dan BUMN di China juga menerapkannya, meskipun dengan variasi. Misalnya, ada perusahaan yang menerapkan 9-10-6 (pulang jam 10 malam) atau 10-10-6 (masuk jam 10 pagi, pulang jam 10 malam). Hal ini menunjukkan bahwa 996 bukan sekadar tren sementara, melainkan telah menjadi bagian dari norma kerja di beberapa sektor.
Salah satu kritik terbesar terhadap budaya 996 adalah dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental. Bekerja 12 jam sehari dengan hanya satu hari libur dalam seminggu dapat menyebabkan kelelahan kronis, stres berkepanjangan, dan gangguan tidur. Studi dari Chinese Medical Journal menunjukkan bahwa karyawan yang menjalani jadwal ekstrem seperti ini memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular, depresi, dan kecemasan. Bahkan, beberapa kasus kematian mendadak akibat overwork (yang dikenal sebagai karoshi di Jepang) telah dilaporkan di China.
Selain itu, budaya 996 juga merusak hubungan keluarga dan kehidupan sosial. Dengan jam kerja yang sangat panjang, karyawan hampir tidak memiliki waktu untuk bersosialisasi, menghabiskan waktu dengan anak, atau bahkan sekadar beristirahat. Banyak pasangan yang bekerja dengan sistem ini mengeluhkan kurangnya interaksi dengan pasangan, yang pada akhirnya dapat memicu konflik rumah tangga. Anak-anak pun sering kali tumbuh dengan kurang perhatian dari orang tua, yang berdampak pada perkembangan emosional mereka.
Dampak lainnya adalah penurunan produktivitas jangka panjang. Meskipun jam kerja bertambah, kualitas kerja justru menurun karena kelelahan. Karyawan menjadi kurang kreatif, lebih rentan membuat kesalahan, dan kehilangan motivasi. Ironisnya, perusahaan yang menerapkan 996 sering kali kehilangan talenta terbaik karena banyak profesional muda yang memilih pindah ke perusahaan dengan budaya kerja lebih sehat atau bahkan beremigrasi ke negara dengan regulasi ketenagakerjaan yang lebih baik.
Meskipun banyak kritik, budaya 996 tetap memiliki pendukung setia, terutama di kalangan pengusaha dan pemimpin perusahaan. Mereka berargumen bahwa sistem ini mendorong disiplin, loyalitas, dan pertumbuhan ekonomi cepat. Beberapa poin yang sering diajukan pendukung 996 antara lain:
Di sisi lain, penentang 996 menilai bahwa sistem ini tidak manusiawi dan tidak berkelanjutan. Beberapa argumen utama mereka meliputi:
Menanggapi protes dari masyarakat dan buruh, pemerintah China akhirnya mengambil tindakan. Pada Agustus 2021, Pengadilan Tinggi China dan Kementerian Tenaga Kerja mengeluarkan pernyataan resmi bahwa budaya 996 melanggar hukum dan perusahaan yang memaksakannya dapat dikenai sanksi. Pengadilan menyebut bahwa sistem ini "serius merugikan hak dan kepentingan pekerja" serta bertentangan dengan Undang-Undang Tenaga Kerja China.
Meskipun demikian, penegakan aturan ini masih lemah. Banyak perusahaan, terutama startup dan perusahaan teknologi, tetap menerapkan 996 secara diam-diam. Mereka menggunakan berbagai taktik, seperti tidak mencantumkan jam kerja dalam kontrak atau meminta karyawan untuk "sukarela" lembur. Selain itu, karena persaingan kerja yang ketat di China, banyak karyawan takut melapor karena khawatir kehilangan pekerjaan.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa kota seperti Shanghai dan Shenzhen mulai melakukan pengawasan ketat terhadap perusahaan yang diduga melanggar aturan jam kerja. Pemerintah juga mendorong perusahaan untuk menerapkan sistem kerja fleksibel atau remote working sebagai alternatif. Namun, perubahan ini membutuhkan waktu, dan budaya 996 masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sepenuhnya.
Jika kamu berencana bekerja di China, penting untuk memahami budaya kerja lokal dan mempersiapkan diri. Meskipun 996 secara hukum sudah dilarang, beberapa perusahaan mungkin masih menerapkannya secara tidak langsung. Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu ikuti:
Selain itu, jika kamu merasa kesulitan beradaptasi dengan budaya kerja di China, Tugasin bisa menjadi solusi untuk membantu mengelola tugas atau tesis kamu selama bekerja. Dengan layanan bimbingan tugas dan skripsi dari ahli, kamu bisa lebih fokus pada karir tanpa khawatir terbebani pekerjaan akademis. Kunjungi Tugasin.me untuk informasi lebih lanjut!
Budaya kerja 996 di China memang telah menimbulkan pro-kontra yang sharp. Di satu sisi, sistem ini dianggap sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi yang membuat China menjadi salah satu kekuatan global. Di sisi lain, dampaknya terhadap kesehatan, kehidupan keluarga, dan hak pekerja tidak bisa diabaikan. Meskipun pemerintah sudah mengambil langkah untuk melarangnya, penerapan di lapangan masih belum konsisten.
Bagi kamu yang berencana bekerja di China, penting untuk memilih perusahaan dengan bijak dan memastikan bahwa hak-hakmu sebagai pekerja terlindungi. Jangan terjebak dalam narasi bahwa "kerja keras adalah satu-satunya jalan menuju sukses." Keseimbangan antara karir dan kehidupan pribadi tetap harus menjadi prioritas. Jika kamu membutuhkan bantuan dalam mengelola tugas atau studi selama bekerja, Tugasin siap membantu dengan layanan profesional kami. Hubungi kami sekarang dan dapatkan solusi terbaik untuk kebutuhan akademis dan profesionalmu!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang