Korea Selatan bukan hanya terkenal dengan K-pop, drama, atau teknologi canggihnya, tetapi juga kaya akan tradisi budaya yang telah diwariskan selama berabad-abad. Dari ritual keluarga hingga festival berskala nasional, setiap tradisi mencerminkan nilai-nilai luhur seperti penghormatan kepada leluhur, kebersamaan, dan harmoni sosial. Bagi kamu yang berencana berlibur ke Korea, memahami dan berpartisipasi dalam tradisi-tradisi ini tidak hanya akan memperkaya pengalaman wisata, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang identitas budaya masyarakat setempat.
Berbeda dengan sekadar mengunjungi tempat-tempat populer seperti Myeongdong atau Namsan Tower, mencoba tradisi lokal akan membuat perjalananmu lebih berkesan. Misalnya, merayakan Seollal dengan mengenakan hanbok atau ikut serta dalam Kimjang untuk belajar membuat kimchi bersama warga lokal. Tidak hanya seru, aktivitas-aktivitas ini juga sarat dengan makna filosofis yang masih dijunjung tinggi hingga kini. Nah, berikut ini adalah 7 tradisi Korea unik yang wajib kamu coba saat liburan, beserta sejarah, makna, dan tips untuk berpartisipasi!
Tradisi Korea berakar dari ajaran Konfusianisme, yang menekankan pentingnya penghormatan kepada leluhur, keselarasan sosial, dan peran keluarga sebagai unit dasar masyarakat. Meskipun modernisasi telah mengubah banyak aspek kehidupan, nilai-nilai ini tetap terjaga melalui ritual dan festival yang masih dilaksanakan secara turun-temurun. Misalnya, charye (upacara penghormatan leluhur) tidak hanya dilakukan pada hari besar seperti Seollal atau Chuseok, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk syukur dan memohon berkah.
Selain Konfusianisme, tradisi Korea juga dipengaruhi oleh shamanisme (kepercayaan terhadap roh alam) dan Buddhisme, yang terlihat dalam festival seperti Yeon Deung Hoe (Festival Lentera Teratai) atau Gangneung Danoje. Keunikan lain adalah semangat jeong (ikatan emosional yang dalam), yang tercermin dalam tradisi gotong royong seperti Kimjang. Nilai-nilai inilah yang membuat budaya Korea tetap relevan dan dihargai, bahkan di era digital seperti sekarang.
Seollal adalah perayaan Tahun Baru Imlek versi Korea, yang jatuh pada hari pertama bulan pertama dalam kalender lunar (biasanya antara akhir Januari hingga pertengahan Februari). Tradisi ini merupakan momen sakral bagi keluarga Korea untuk berkumpul, mengenang leluhur, dan menyambut tahun baru dengan harapan berkah. Salah satu ritual utama adalah charye, di mana keluarga menyajikan makanan khas seperti buah-buahan, kue beras, dan minuman tradisional di meja altar sebagai bentuk penghormatan.
Selain charye, ada beberapa aktivitas menarik yang bisa kamu coba selama Seollal:
Tips: Jika berkunjung ke Korea selama Seollal, persiapkan diri karena banyak toko dan restoran tutup selama 3 hari. Namun, tempat-tempat wisata seperti istana dan desa budaya tetap buka dan menawarkan pengalaman khusus, seperti pertunjukan tari tradisional atau lokakarya membuat tteok.
Chuseok, yang jatuh pada tanggal 15 bulan ke-8 kalender lunar (biasanya September atau Oktober), adalah hari raya terbesar di Korea setelah Seollal. Dikenal sebagai “Hangawi” (hari tengah musim gugur), Chuseok merupakan momen untuk bersyukur atas panen yang melimpah dan berkumpul dengan keluarga. Tradisi utama meliputi charye, kunjungan ke makam leluhur (seongmyo), dan berbagi makanan khas seperti songpyeon.
Songpyeon adalah kue beras berbentuk bulan sabit yang diisi dengan pasta wijen, kacang merah, atau madu. Proses pembuatannya melibatkan seluruh keluarga, mulai dari menguleni adonan hingga mengukusnya di atas daun pinus (songnamu) untuk memberikan aroma khas. Ada kepercayaan bahwa siapa yang membuat songpyeon dengan bentuk paling indah akan mendapatkan keberuntungan atau pasangan ideal. Kamu bisa mengikuti kelas membuat songpyeon di hanok stay (penginapan tradisional) atau pusat budaya seperti Namsangol Hanok Village di Seoul.
Selain songpyeon, hidangan lain yang wajib dicoba adalah:
Tips: Chuseok adalah musim mudik terbesar di Korea, sehingga transportasi umum (kereta KTX, bus) akan sangat padat. Pesan tiket jauh-jauh hari jika berencana bepergian antar kota. Alternatifnya, ikuti festival Chuseok di kota besar seperti Seoul, di mana banyak acara publik seperti pertunjukan ganggangsullae (tarian lingkaran wanita) atau pasar malam tradisional.
Kimjang adalah tradisi membuat kimchi dalam jumlah besar secara bersama-sama menjelang musim dingin, yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO sejak 2013. Tradisi ini bermula dari era Joseon (1392–1910), ketika masyarakat harus mempersiapkan makanan tahan lama untuk bertahan selama musim dingin yang panjang. Kimchi, yang terbuat dari kubis fermentasi dengan bumbu pedas, menjadi sumber vitamin dan probiotik alami yang penting.
Proses Kimjang melibatkan beberapa tahap:
Kamu bisa mengalami Kimjang secara langsung dengan mengikuti program homestay di desa-desa tradisional seperti Jeonju Hanok Village atau mendaftar di kelas memasak kimchi di Seoul. Beberapa restoran juga menawarkan pengalaman DIY kimchi, di mana kamu bisa membawa pulang hasil kreasi sendiri. Kimjang bukan hanya tentang makanan, tetapi juga tentang kebersamaan dan pelestarian resep turun-temurun.
Jinhae Gunhangje adalah festival bunga sakura terbesar di Korea, diadakan setiap bulan April di Kota Jinhae, Provinsi Gyeongsangnam-do. Festival ini bermula dari penanaman ribuan pohon sakura oleh Laksamana Yi Sun-sin (pahlawan nasional Korea) pada abad ke-16 sebagai simbol perdamaian. Sekarang, festival ini menampilkan pemandangan spektakuler dengan sekitar 360.000 pohon sakura yang mekar sepanjang jalan-jalan kota, sungai, dan bukit.
Aktivitas yang bisa kamu nikmati selama festival:
Tips: Festival berlangsung selama 10 hari, tetapi peak season (saat sakura mekar penuh) biasanya hanya 3–5 hari. Pantau prakiraan mekar sakura di situs resmi festival untuk merencanakan kunjungan. Jangan lupa bawa jaket tipis karena suhu di malam hari bisa dingin, meskipun siang hari cerah.
Yeon Deung Hoe adalah perayaan kelahiran Buddha yang diadakan setiap bulan Mei (bulan ke-4 kalender lunar) di seluruh Korea, dengan pusat acara di Kuil Jogyesa, Seoul. Festival ini diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO sejak 2020 dan menampilkan ribuan lentera teratai yang menerangi malam, melambangkan penerangan batin dan harapan perdamaian.
Highlights dari festival ini antara lain:
Tips: Datanglah sebelum matahari terbenam untuk mendapatkan spot terbaik menonton parade. Jika ingin pengalaman lebih tenang, kunjungi kuil-kuil lain di Seoul seperti Bongeunsa atau Hwagyesa, yang juga mengadakan acara serupa dengan kerumunan lebih sedikit. Bawa kamera dengan mode malam untuk mengabadikan lentera-lentera yang bersinar.
Boryeong Mud Festival adalah festival musim panas paling ikonik di Korea, diadakan setiap Juli di Pantai Daecheon, Boryeong. Festival ini awalnya dipromosikan untuk memanfaatkan lumpur mineral kaya zat besi dan germanium dari daerah tersebut, yang dipercaya bermanfaat untuk kulit (detoksifikasi, mengurangi peradangan, dan melembapkan). Sekarang, festival ini telah berkembang menjadi ajang hiburan dengan berbagai aktivitas seru.
Aktivitas unggulan di Boryeong Mud Festival:
Tips: Bawa pakaian ganti dan sandal air karena lumpur akan membuat segalanya kotor. Gunakan locker sewaan (sekitar 5.000 KRW) untuk menyimpan barang berharga. Jika tidak ingin repot membersihkan diri, ada area pancuran umum dengan sabun khusus lumpur. Untuk pengalaman ekstra, coba produk kecantikan berbahan lumpur Boryeong yang dijual di stan-stan festival.
Andong Mask Dance Festival adalah festival tahunan yang merayakan talchum (tari topeng tradisional Korea) dan diadakan di Kota Andong, Provinsi Gyeongsangbuk-do. Festival ini berlangsung selama 10 hari pada akhir September dan berpusat di Hahoe Folk Village, sebuah desa tradisional yang masuk Situs Warisan Dunia UNESCO. Talchum sendiri adalah seni pertunjukan yang menggabungkan tari, musik, dan satire sosial, seringkali mengkritik korupsi atau ketidakadilan dengan humor.
Apa yang bisa kamu lakukan di festival ini?
Tips: Jika berkunjung ke Andong, coba juga makanan khas seperti Andong jjimdak (ayam rebus pedas) atau Andong soju (minuman beralkohol tradisional). Untuk akomodasi, pilih hanok stay untuk pengalaman menginap yang autentik. Festival ini juga menampilkan pertunjukan dari negara lain, jadi periksa jadwal untuk menonton seni topeng internasional.
Popularitas budaya Korea (Hallyu) tidak hanya terbatas pada K-pop atau drama, tetapi juga merambah ke tradisi dan gaya hidup. Di Indonesia, beberapa aspek budaya Korea telah diadopsi dan dimodifikasi sesuai selera lokal:
Makanan Korea: Kimchi dan ramyeon (mie instan pedas) kini mudah ditemukan di supermarket atau restoran Korea seperti Chosun Galbi di Jakarta. Bahkan, beberapa warung makan lokal menawarkan kimchi jjigae (sup kimchi) atau tteokbokki (kue beras pedas) dengan harga terjangkau. Untuk pengalaman otentik, kunjungi Korean Town di Blok M, Jakarta, di mana kamu bisa mencicipi samgyeopsal (daging babi panggang) atau bingsu (es serut manis).
Hanbok dan Fotografi: Hanbok semakin populer sebagai kostum pemotretan, terutama di lokasi seperti Hanbok Café di Bandung atau acara cosplay. Beberapa sekolah bahkan mengadakan hari budaya Korea di mana siswa mengenakan hanbok dan belajar upacara teh tradisional. Di Bali, beberapa pasangan memilih hanbok sebagai busana pernikahan alternatif.
Pembelajaran Bahasa dan Budaya: Minat belajar bahasa Korea meningkat pesat, didorong oleh kesuksesan grup seperti BTS atau BLACKPINK. Banyak lembaga kursus menawarkan kelas bahasa Korea dengan kurikulum yang mencakup budaya, seperti menulis Hangul (aksara Korea), mempelajari hanbok, atau praktik charye (upacara leluhur). Untuk kamu yang tertarik mendalami budaya Korea lebih jauh, Tugasin.me menyediakan layanan bimbingan tugas dan tesis dengan topik studi budaya Korea, termasuk analisis tradisi, sejarah, atau pengaruh Hallyu di Indonesia.
Sebelum berangkat ke Korea, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan agar bisa berpartisipasi dalam tradisi dengan sopan dan maksimal:
1. Pakaian dan Etika:
2. Bahasa Dasar:
3. Waktu dan Tempat:
4. Mencicipi Makanan Tradisional:
Tradisi Korea bukan hanya sekadar ritual atau festival, tetapi cerminan dari nilai-nilai kekeluargaan, penghormatan, dan kebersamaan yang telah dijaga selama berabad-abad. Dengan berpartisipasi dalam tradisi seperti Seollal, Kimjang, atau Yeon Deung Hoe, kamu tidak hanya mendapatkan pengalaman liburan yang menyenangkan, tetapi juga memahami esensi budaya Korea yang mendalam. Setiap tradisi memiliki cerita dan makna tersendiri, mulai dari harapan panen melimpah hingga doa untuk kedamaian dunia.
Jika kamu tertarik untuk mendalami budaya Korea lebih jauh—baik untuk keperluan studi, tugas kuliah, atau sekadar pengetahuan pribadi—Tugasin.me siap membantu! Kami menyediakan layanan pembuatan tugas, esai, atau tesis dengan topik seputar tradisi Korea, analisis budaya, hingga pengaruh Hallyu di Indonesia. Dengan tim penulis yang berpengalaman dan sumber referensi terpercaya, kami akan memastikan pekerjaanmu tidak hanya memenuhi standar akademik, tetapi juga kaya akan wawasan budaya. Hubungi kami sekarang dan mulailah perjalananmu mengenal Korea lebih dalam!
Selamat berlibur dan semoga pengalamanmu di Korea penuh dengan kenangan indah serta pelajaran berharga tentang keindahan budaya yang beragam!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang