Tradisi tengka dalam masyarakat bukan sekadar ritual adat, melainkan warisan budaya yang sarat makna filosofis dan sosial. Dari sejarahnya yang panjang hingga cara pelaksanaannya yang khas, tengka menjadi cerminan nilai-nilai gotong royong, penghormatan terhadap alam, dan pelestarian identitas lokal. Namun, seiring modernisasi, tradisi ini mulai tergerus. Lalu, apa sebenarnya tradisi tengka dan mengapa penting untuk dijaga?
Artikel ini akan mengupas tuntas pengertian, sejarah, makna filosofis, hingga dampak hilangnya tengka bagi generasi muda. Simak juga panduan praktis melaksanakannya sesuai adat dan contoh pelestariannya di era modern.
Tradisi tengka dalam masyarakat adalah praktik adat yang umum ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Secara harfiah, "tengka" berarti "membagi" atau "membagikan", namun dalam konteks adat, maknanya jauh lebih dalam: sebuah sistem pembagian hasil panen, hewan ternak, atau sumber daya alam secara adil dan komunal.
Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), tengka merupakan bagian dari sistem ekonomi adat yang bertujuan:
Contoh nyata: Di Sumbawa, NTB, tengka dilakukan saat panen padi, di mana hasil bumi dibagikan kepada seluruh anggota masyarakat, termasuk mereka yang tidak memiliki lahan. Sementara di Bali, tengka sering terkait dengan pembagian hewan kurban setelah upacara keagamaan.
Sejarah tradisi tengka di Indonesia dapat ditelusuri hingga masa kerajaan-kerajaan Nusantara, khususnya pada abad ke-14 hingga 16. Catatan sejarah menunjukkan bahwa praktik ini sudah ada sejak:
Pada era modern, tengka masih dilestarikan di beberapa daerah, meski dengan adaptasi. Misalnya, di Desa Trunyan, Bali, tengka dilakukan setiap Nyepi sebagai simbol pemurnian diri dan pembaruan hubungan sosial. Sementara di Lombok, tengka menjadi bagian dari upacara perang topat (pelemparan ketupat) sebagai ungkapan syukur.
Di balik praktiknya, makna filosofis tengka mencerminkan nilai-nilai luhur yang masih relevan hingga kini:
Menariknya, filosofi ini mirip dengan konsep ubudiyah dalam Islam (pengabdian kepada Allah melalui berbagi) dan dana punya dalam Hindu (pemberian tanpa pamrih). Hal ini menunjukkan bahwa tengka adalah bukti akulturasi budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Meskipun unik, tengka memiliki kemiripan dengan tradisi pembagian hasil di daerah lain. Berikut perbandingannya:
Tradisi | Daerah | Persamaan dengan Tengka | Perbedaan |
---|---|---|---|
Mapalus | Minahasa, Sulawesi Utara | Sistem gotong royong dalam bertani dan membagi hasil. | Lebih fokus pada kerja sama dalam proses bertani, bukan pembagian hasil akhir. |
Subak | Bali | Pengelolaan air dan hasil pertanian secara komunal. | Subak lebih terstruktur dengan aturan irigasi, sementara tengka bersifat spontan. |
Ngayah | Bali | Pemberian tenaga atau materi untuk kepentingan bersama. | Ngayah lebih berupa sumbangan tenaga, sedangkan tengka adalah pembagian barang. |
Sasi | Maluku | Larangan memanen sumber daya alam untuk pelestarian. | Sasi bersifat pelarangan, sementara tengka adalah pembagian. |
Dari tabel di atas, terlihat bahwa tengka lebih menekankan pada pembagian hasil, sementara tradisi lain mungkin lebih fokus pada proses atau pelestarian. Ini menunjukkan keragaman cara masyarakat Nusantara dalam menjaga keberlanjutan sosial dan ekologi.
Melaksanakan tradisi tengka tidak boleh sembarangan, karena ada aturan adat yang harus diikuti. Berikut panduan lengkapnya:
Catatan: Setiap daerah memiliki variasi aturan. Misalnya, di Sasak, Lombok, tengka hanya dilakukan oleh keluarga yang memiliki anak laki-laki yang baru saja sunat. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan tokoh adat setempat sebelum melaksanakannya.
Tradisi tengka bukan hanya warisan budaya, tetapi juga memiliki manfaat konkret bagi kehidupan sosial, antara lain:
Sayangnya, manfaat-manfaat ini mulai hilang seiring berkurangnya praktik tengka. Oleh karena itu, pelestarian tradisi ini bukan hanya tentang budaya, tetapi juga tentang keberlanjutan sosial dan ekologi.
Meskipun banyak tradisi yang tergerus modernisasi, beberapa komunitas berhasil mengadaptasi tengka tanpa kehilangan esensinya. Berikut contohnya:
Sebuah komunitas petani di Sleman, Yogyakarta, menerapkan "Tengka Online" melalui platform digital. Cara kerjanya:
Inisiatif ini berhasil menjangkau 500 keluarga selama pandemi COVID-19 (2020–2022).
Di Denpasar, beberapa masjid dan pura bekerja sama mengadakan "Tengka Ramadan", di mana:
Program ini menunjukkan bahwa tengka bisa menjadi jembatan kerukunan antarumat beragama.
Di Lombok, tengka dijadikan sebagai atraksi wisata edukatif. Pengunjung diajak untuk:
Inisiatif ini tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pariwisata.
Jika tradisi tengka terus terpinggirkan, generasi muda akan kehilangan lebih dari sekadar ritual. Berikut dampak yang mungkin terjadi:
Untuk mencegah hal ini, diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, sekolah, dan keluarga untuk memperkenalkan tengka kepada generasi muda. Misalnya, dengan:
Tradisi tengka dalam masyarakat adalah bukti bahwa nenek moyang kita telah mengembangkan sistem yang adil, berkelanjutan, dan penuh makna. Dari pembagian hasil panen hingga filosofi gotong royong, tengka mengajarkan kita untuk hidup tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk kebaikan bersama.
Di era modern yang serba individualis, pelestarian tengka bukanlah tentang nostalgia, melainkan tentang membangun masyarakat yang lebih manusiawi. Mulailah dari hal kecil: ikuti tengka di desa Anda, ajak anak-anak untuk belajar tentang tradisi ini, atau dukung inisiatif pelestarian seperti yang dilakukan di Yogyakarta dan Bali.
Sebagai generasi penerus, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga warisan ini tetap hidup—bukan hanya sebagai ritual, tetapi sebagai cara hidup yang lebih baik. Jika Anda tertarik untuk mendalami tradisi-tradisi lokal lainnya, kunjungi Tugasin untuk menemukan berbagai materi budaya dan pendidikan yang inspiratif.
“Sebuah tradisi akan mati jika hanya menjadi kenangan. Namun, ia akan abadi jika menjadi bagian dari kehidupan.”
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang