Memanggil anggota keluarga dalam bahasa Korea bukan sekadar soal kosakata, tapi juga mencerminkan tingkat kesopanan, kedekatan, dan hierarki sosial yang sangat dihargai dalam budaya Korea. Bagi kamu yang sering menonton drama Korea atau berinteraksi dengan orang Korea, pasti pernah bingung: kenapa ada begitu banyak sebutan untuk "kakak" atau "paman"? Atau mengapa panggilan untuk ibu dan ayah bisa berubah tergantung situasinya? Tenang, kamu tidak sendirian! Banyak pelajar bahasa Korea yang merasa kewalahan dengan sistem panggilan ini karena memang detail dan sarat makna.
Nah, artikel ini akan membantumu memahami panggilan keluarga dalam bahasa Korea secara lengkap—mulai dari yang formal hingga akrab—beserta aturan kesopanan yang wajib diperhatikan. Kami juga akan jelaskan perbedaan panggilan berdasarkan jenis kelamin pembicara, sufiks yang tepat untuk setiap situasi, dan contoh penggunaan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kamu bisa memanggil keluarga atau kerabat orang Korea dengan percaya diri, tanpa takut salah atau terdengar kasar. Yuk, simak panduannya sampai habis!
Di Korea, panggilan untuk orang tua dan saudara kandung sangat bervariasi tergantung siapa yang berbicara (laki-laki atau perempuan) dan tingkat formalitas situasinya. Misalnya, sebutan untuk "ibu" bisa berbeda jika kamu sedang berbicara dengan teman atau dalam acara resmi. Berikut adalah panggilan dasar yang paling sering digunakan:
"Omoni" adalah sebutan standar untuk ibu, baik dalam konteks formal maupun informal. Namun, dalam situasi yang sangat hormat—seperti saat berbicara dengan orang yang lebih tua—kamu bisa menambahkan sufiks -nim menjadi Omoni-nim. Contohnya, saat kamu mengunjungi rumah pacar dan bertemu ibunya untuk pertama kali, sebaiknya gunakan "Omoni-nim" untuk menunjukkan rasa hormat.
Di drama Korea, sering kali anak-anak memanggil ibu mereka dengan Eomma (엄마), yang lebih akrab dan hangat. Panggilan ini umum digunakan dalam keluarga inti, terutama oleh anak-anak kepada ibunya sendiri. Perbedaan "Omoni" dan "Eomma" terletak pada nuansa: "Omoni" terdengar lebih sopan, sementara "Eomma" lebih personal.
Sama seperti "Omoni", "Aboji" adalah sebutan formal untuk ayah. Dalam konteks yang lebih santai, terutama di rumah, anak-anak biasanya memanggil ayah mereka dengan Appa (아빠). Misalnya, seorang anak kecil akan berkata, "Appa, juseyo!" (Ayah, tolong!) saat meminta bantuan.
Perlu diperhatikan, panggilan untuk ayah juga bisa berubah jika kamu sedang berbicara tentang ayah orang lain. Misalnya, jika kamu ingin menyebut ayah temanmu, sebaiknya gunakan Aboji-ssi (아버지씨) atau Bu-abeonim (부아버님) untuk menunjukkan rasa hormat. Ini penting agar tidak terdengar terlalu kasar atau kurang ajar.
Kata "Bumonim" adalah cara sopan untuk mengatakan "orang tua" (ayah dan ibu). Panggilan ini sering digunakan saat kamu berbicara tentang orang tua sendiri atau orang tua orang lain dalam konteks yang hormat. Misalnya, jika kamu ingin bertanya tentang keluarga temanmu, kamu bisa berkata, "Bumonim-kkeseo geureohge malssumhaeseyo?" (Bisa bicara seperti ini dengan orang tua?) untuk menunjukkan kesopanan.
Dalam keluarga, anak-anak jarang memanggil orang tua mereka secara bersamaan dengan "Bumonim". Mereka lebih sering menggunakan "Eomma" dan "Appa" secara terpisah. Namun, "Bumonim" sangat berguna dalam situasi formal, seperti saat menulis surat atau berbicara dengan guru.
Salah satu hal yang paling membingungkan bagi pelajar bahasa Korea adalah panggilan untuk kakak dan adik yang berbeda berdasarkan jenis kelamin pembicara. Misalnya, seorang perempuan memanggil kakak laki-lakinya dengan "Oppa", sementara laki-laki memanggil kakak laki-lakinya dengan "Hyeong". Ini bukan sekadar kebiasaan, tapi mencerminkan hierarki gender dan kedekatan emosional dalam budaya Korea.
Jika kamu seorang perempuan dan memiliki kakak perempuan, kamu akan memanggilnya dengan "Eonni". Panggilan ini juga bisa digunakan untuk memanggil teman perempuan yang lebih tua sebagai tanda penghormatan. Misalnya, di sekolah, siswi kelas bawah bisa memanggil siswi kelas atas dengan "Eonni" meskipun mereka bukan saudara.
Dalam drama Korea, sering kali tokoh perempuan memanggil kakak iparnya (istri kakak laki-laki) dengan "Eonni" jika mereka sudah akrab. Namun, jika hubungan masih formal, sebutan seperti Hyungsu-jip saengnim (형수님, istri kakak laki-laki) lebih tepat untuk menunjukkan rasa hormat.
"Oppa" adalah panggilan yang sangat populer, terutama karena sering muncul di drama Korea. Seorang perempuan memanggil kakak laki-lakinya atau teman laki-laki yang lebih tua dengan "Oppa". Panggilan ini juga bisa digunakan oleh istri kepada suaminya, meskipun ini lebih jarang dan tergantung kedekatan pasangan.
Yang menarik, "Oppa" tidak hanya digunakan dalam keluarga. Di tempat kerja atau lingkungan sosial, perempuan muda bisa memanggil rekan laki-laki yang lebih senior dengan "Oppa-ssi" (오빠씨) untuk menunjukkan rasa hormat sekaligus kedekatan. Namun, hindari menggunakan "Oppa" kepada atasan atau orang yang jauh lebih tua, karena bisa terdengar kurang sopan.
Bagi laki-laki, kakak perempuan dipanggil dengan "Nuna". Sama seperti "Oppa", panggilan ini juga bisa digunakan untuk teman perempuan yang lebih tua. Dalam budaya Korea, laki-laki biasanya sangat menghormati kakak perempuannya, sehingga "Nuna" sering diucapkan dengan nada yang lembut dan penuh kasih sayang.
Contoh penggunaan dalam kehidupan sehari-hari: seorang laki-laki bisa berkata, "Nuna, bap meogeosseoyo?" (Nuna, sudah makan?) saat bertemu dengan kakak atau teman perempuan yang lebih tua. Dalam konteks formal, seperti di tempat kerja, sebaiknya gunakan nama depan ditambah sufiks -ssi atau -nim untuk menghindari kesan terlalu akrab.
"Hyeong" adalah panggilan untuk kakak laki-laki oleh adik laki-laki. Dalam keluarga, panggilan ini menunjukkan ikatan yang kuat, karena laki-laki biasanya memiliki hubungan yang dekat dengan kakak laki-lakinya. Di luar keluarga, "Hyeong" juga bisa digunakan untuk memanggil teman laki-laki yang lebih tua sebagai tanda persaudaraan.
Misalnya, dalam kelompok pertemanan, anggota yang lebih muda bisa memanggil anggota yang lebih senior dengan "Hyeong". Namun, jika perbedaan usia terlalu jauh atau dalam situasi formal, sebaiknya gunakan nama depan ditambah -ssi. Contoh: "Minho-hyeong, gwaenchanayo?" (Hyeong, apakah baik-baik saja?) dalam obrolan santai.
"Namdongsaeng" adalah sebutan untuk adik laki-laki, baik oleh kakak laki-laki maupun perempuan. Dalam keluarga, panggilan ini sering disingkat menjadi "Dongsaeng" (동생) jika jenis kelamin adik sudah jelas dalam konteks. Misalnya, seorang kakak perempuan bisa berkata, "Namdongsaeng, jigeum eodi isseo?" (Adik, sekarang di mana?) saat mencari adik laki-lakinya.
Di luar keluarga, "Dongsaeng" juga bisa digunakan untuk memanggil teman yang lebih muda, tetapi dengan nada yang lebih akrab. Dalam lingkungan kerja, sebaiknya hindari memanggil rekan yang lebih muda dengan "Dongsaeng" kecuali sudah sangat dekat, karena bisa terdengar kurang profesional.
Sama seperti "Namdongsaeng", "Yodongsaeng" adalah sebutan untuk adik perempuan. Dalam percakapan sehari-hari, sering disingkat menjadi "Dongsaeng" jika konteksnya sudah jelas. Misalnya, seorang kakak laki-laki bisa berkata, "Yodongsaeng, meokgo sipeo?" (Adik, mau makan?) saat mengajak adik perempuannya.
Yang menarik, dalam budaya Korea, kakak laki-laki biasanya sangat protektif terhadap adik perempuannya. Oleh karena itu, panggilan "Yodongsaeng" sering diucapkan dengan nada sayang dan penuh perhatian. Di luar keluarga, sebutan ini jarang digunakan kecuali dalam hubungan yang sangat dekat.
Selain keluarga inti, bahasa Korea juga memiliki panggilan khusus untuk keluarga besar seperti paman, bibi, sepupu, dan mertua. Yang menarik, panggilan ini berbeda tergantung dari sisi mana keluarga tersebut berasal—apakah dari pihak ayah atau ibu. Ini karena dalam budaya Korea, garis keturunan dan hubungan keluarga sangat dihargai.
"Samchon" adalah sebutan untuk paman dari pihak ayah. Dalam keluarga Korea, paman dari pihak ayah biasanya memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan paman dari pihak ibu. Oleh karena itu, panggilan ini sering diucapkan dengan rasa hormat yang lebih.
Contoh penggunaan: jika kamu bertemu dengan paman dari ayahmu, kamu bisa memanggilnya dengan "Samchon-nim" untuk menunjukkan kesopanan. Dalam percakapan santai dengan keluarga dekat, "Samchon" saja sudah cukup. Namun, hindari memanggil paman orang lain dengan "Samchon" kecuali sudah sangat akrab.
"Wesamchon" adalah sebutan untuk paman dari pihak ibu. Meskipun sama-sama paman, "Wesamchon" dianggap sedikit kurang formal dibandingkan "Samchon". Ini karena dalam tradisi Korea, keluarga dari pihak ibu sering dianggap sebagai keluarga luar (외가, oega).
Namun, ini bukan berarti kamu bisa memanggil "Wesamchon" dengan seenaknya. Dalam situasi formal, tetap gunakan sufiks -nim, misalnya "Wesamchon-nim". Di keluarga, panggilan ini sering disertai dengan nada yang lebih hangat, seperti "Wesamchon, bap meogeosseoyo?" (Paman, sudah makan?).
"Imo" adalah sebutan untuk bibi dari pihak ayah. Sama seperti "Samchon", bibi dari pihak ayah biasanya memiliki kedudukan yang lebih dihormati dalam keluarga. Dalam drama Korea, sering kali "Imo" digambarkan sebagai figur yang bijaksana dan penuh kasih sayang.
Dalam kehidupan sehari-hari, kamu bisa memanggil bibimu dengan "Imo" jika sudah akrab, atau "Imo-nim" dalam situasi formal. Jika bibi dari ayahmu memiliki suami (paman dari ayah), kamu juga bisa memanggilnya dengan "Samchon", tetapi pastikan untuk menyesuaikan tingkat kesopanan.
"Gomo" adalah sebutan untuk bibi dari pihak ibu. Mirip dengan "Wesamchon", "Gomo" dianggap sedikit kurang formal dibandingkan "Imo". Namun, ini tidak mengurangi rasa hormat yang harus diberikan, terutama jika bibimu lebih tua.
Contoh penggunaan: saat bertemu dengan bibi dari ibumu, kamu bisa berkata, "Gomo-nim, annyeonghaseyo!" (Halo, Bibi!) untuk menyapa dengan sopan. Dalam keluarga dekat, "Gomo" saja sudah cukup, tetapi tetap perhatikan nada bicaramu agar tidak terdengar kasar.
"Sacon" adalah sebutan umum untuk sepupu, baik dari pihak ayah maupun ibu. Namun, dalam praktiknya, panggilan untuk sepupu bisa bervariasi tergantung usia dan kedekatan. Jika sepupumu lebih tua, kamu bisa memanggilnya dengan "Oppa", "Nuna", "Hyeong", atau "Eonni", tergantung jenis kelaminmu dan jenis kelamin sepupu.
Misalnya, jika kamu seorang perempuan dan memiliki sepupu laki-laki yang lebih tua, kamu akan memanggilnya dengan "Oppa". Sebaliknya, jika sepupumu lebih muda, kamu bisa memanggilnya dengan "Dongsaeng". Dalam keluarga besar, panggilan ini membantu menjaga hierarki dan rasa hormat antaranggota.
"Jokha" adalah sebutan untuk keponakan, baik laki-laki maupun perempuan. Panggilan ini biasanya digunakan oleh paman atau bibi kepada anak dari saudara mereka. Misalnya, jika kamu adalah paman dan memiliki keponakan laki-laki, kamu bisa memanggilnya dengan "Jokha-ya".
Dalam budaya Korea, paman dan bibi sering memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keponakan mereka. Oleh karena itu, panggilan "Jokha" sering diucapkan dengan nada sayang dan penuh perhatian. Jika keponakanmu sudah dewasa, kamu bisa menggunakan nama depannya ditambah sufiks -ya atau -ah untuk menunjukkan kedekatan.
Salah satu aspek paling rumit dalam panggilan keluarga Korea adalah sebutan untuk keluarga dari pasangan, seperti mertua dan menantu. Ini karena hubungan ini melibatkan tingkat kesopanan yang sangat tinggi, terutama dalam budaya Korea yang masih kental dengan tradisi Konfusianisme. Kesalahan dalam memanggil mertua atau menantu bisa dianggap sangat tidak sopan!
"Siomoni" adalah sebutan untuk ibu mertua yang digunakan oleh menantu perempuan. Panggilan ini menunjukkan rasa hormat yang sangat tinggi, karena dalam tradisi Korea, menantu perempuan memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarga suami. Dalam percakapan, "Siomoni" selalu diucapkan dengan nada yang sangat sopan.
Contoh penggunaan: saat menantu perempuan bertemu dengan ibu mertua, dia akan berkata, "Siomoni-nim, annyeonghaseyo!" (Ibu Mertua, selamat pagi!) dengan sikap yang sangat hormat. Dalam keluarga modern, beberapa menantu mungkin menggunakan "Eomma" jika sudah sangat dekat, tetapi ini tergantung kebijakan keluarga.
"Jangmo" adalah sebutan untuk ibu mertua yang digunakan oleh menantu laki-laki. Meskipun terdengar lebih formal, panggilan ini tetap menunjukkan kedekatan karena menantu laki-laki biasanya memiliki hubungan yang baik dengan keluarga istri. Namun, tetap gunakan sufiks -nim untuk kesopanan.
Misalnya, saat menantu laki-laki mengunjungi rumah mertua, dia bisa berkata, "Jangmo-nim, jal jinaeseyo!" (Ibu Mertua, silakan masuk!). Dalam keluarga yang sudah sangat akrab, beberapa menantu mungkin menggunakan "Eomma", tetapi ini jarang dilakukan kecuali sudah disetujui.
"Siaboji" adalah sebutan untuk ayah mertua yang digunakan oleh menantu perempuan. Sama seperti "Siomoni", panggilan ini harus diucapkan dengan rasa hormat yang tinggi. Dalam tradisi Korea, menantu perempuan harus sangat berhati-hati dalam bersikap kepada ayah mertua.
Contoh: saat menantu perempuan menyapa ayah mertua, dia akan berkata, "Siaboji-nim, gamsahamnida!" (Ayah Mertua, terima kasih!) dengan sikap yang rendah hati. Dalam keluarga modern, beberapa menantu mungkin menggunakan "Appa" jika sudah sangat dekat, tetapi ini tetap jarang dilakukan.
"Jangin" adalah sebutan untuk ayah mertua yang digunakan oleh menantu laki-laki. Panggilan ini terdengar lebih formal dibandingkan "Siaboji", tetapi tetap menunjukkan rasa hormat. Menantu laki-laki biasanya memiliki hubungan yang lebih santai dengan ayah mertua dibandingkan menantu perempuan.
Misalnya, saat menantu laki-laki berbicara dengan ayah mertua, dia bisa berkata, "Jangin-nim, meokgesseumnikka?" (Ayah Mertua, sudah makan?) dengan nada yang sopan. Dalam keluarga yang sudah sangat akrab, beberapa menantu mungkin menggunakan "Appa", tetapi ini tergantung kebiasaan keluarga.
"Myoneuri" adalah sebutan untuk menantu perempuan yang digunakan oleh mertua atau anggota keluarga suami. Panggilan ini menunjukkan bahwa menantu perempuan sudah menjadi bagian dari keluarga. Dalam budaya Korea, menantu perempuan sering kali memiliki beban besar untuk menjaga harmoni keluarga.
Contoh: jika seorang ibu mertua berbicara tentang menantu perempuannya, dia bisa berkata, "Uri myoneuri-neun jal haeyo!" (Menantu kami baik sekali!). Dalam percakapan langsung, mertua biasanya memanggil menantu perempuan dengan nama depannya ditambah sufiks -ya atau -ah jika sudah akrab.
"Sawi" adalah sebutan untuk menantu laki-laki yang digunakan oleh mertua atau anggota keluarga istri. Berbeda dengan "Myoneuri", menantu laki-laki biasanya memiliki hubungan yang lebih santai dengan keluarga istri, terutama dalam keluarga modern.
Misalnya, jika seorang ayah mertua berbicara tentang menantu laki-lakinya, dia bisa berkata, "Uri sawi-neun chakhan saram-ieyo!" (Menantu kami orang yang baik!). Dalam percakapan langsung, mertua mungkin memanggil menantu laki-laki dengan nama depannya ditambah sufiks -ya jika sudah dekat.
Selain panggilan keluarga, sufiks dalam bahasa Korea memainkan peran penting dalam menunjukkan tingkat kesopanan dan hubungan antarindividu. Menggunakan sufiks yang salah bisa membuat kamu terdengar kasar atau terlalu akrab, tergantung situasinya. Berikut adalah sufiks yang paling umum digunakan beserta contohnya:
Sufiks "-ya" digunakan untuk memanggil seseorang yang seumuran atau lebih muda dari kamu, terutama dalam konteks yang sangat akrab. Misalnya, kamu bisa memanggil adik atau teman dekat dengan "Minji-ya!". Sufiks ini terdengar sangat kasual dan hanya digunakan dalam situasi informal.
Contoh dalam keluarga: seorang kakak bisa memanggil adiknya dengan "Dongsaeng-ya, eodi gani?" (Adik, mau ke mana?). Namun, hindari menggunakan "-ya" kepada orang yang lebih tua atau dalam situasi formal, karena bisa terdengar tidak sopan.
Sufiks "-ah" mirip dengan "-ya", tetapi sedikit lebih lembut dan sering digunakan untuk memanggil seseorang yang sederajat atau sedikit lebih muda. Misalnya, teman sekelas atau rekan kerja yang sebaya. Contoh: "Jisoo-ah, gwaenchanayo?" (Jisoo, apakah baik-baik saja?).
Dalam keluarga, "-ah" bisa digunakan untuk memanggil saudara atau sepupu yang lebih muda. Misalnya, "Yodongsaeng-ah, meokgo sipeo?" (Adik, mau makan?). Sufiks ini lebih umum digunakan oleh laki-laki, sementara perempuan cenderung menggunakan "-ya".
Sufiks "-ie" digunakan untuk memanggil seseorang yang sangat akrab dengan kamu, biasanya teman dekat atau pasangan. Sufiks ini terdengar lebih manis dan penuh kasih sayang. Contoh: "Jungkook-ie, saranghae!" (Jungkook, aku cinta kamu!).
Dalam konteks keluarga, "-ie" jarang digunakan kecuali untuk pasangan atau anak kecil. Misalnya, seorang ibu bisa memanggil anaknya dengan "Yeobo-ie" (Sayang) sebagai ungkapan kasih sayang. Hindari menggunakan "-ie" kepada orang yang baru dikenal atau dalam situasi formal.
Sufiks "-ssi" adalah sufiks netral yang digunakan untuk memanggil seseorang yang lebih tua atau memiliki kedudukan lebih tinggi dari kamu. Ini adalah sufiks yang paling aman digunakan dalam situasi semi-formal, seperti di tempat kerja atau dengan kenalan baru. Contoh: "Kim Min-joon-ssi, annyeonghaseyo!" (Halo, Pak Min-joon!).
Dalam keluarga, "-ssi" bisa digunakan untuk memanggil saudara ipar atau anggota keluarga yang lebih tua jika kamu tidak yakin dengan panggilan yang tepat. Misalnya, "Eonni-ssi" jika kamu tidak yakin apakah sudah cukup akrab untuk memanggilnya dengan "Eonni" saja.
Sufiks "-nim" adalah sufiks yang menunjukkan rasa hormat tertinggi. Ini digunakan untuk memanggil orang yang jauh lebih tua, atasan, atau orang yang memiliki kedudukan sangat dihormati. Contoh: "Seonsaengnim" (guru), "Siomoni-nim" (ibu mertua), atau "Jangmo-nim" (ibu mertua dari pihak istri).
Dalam keluarga, "-nim" selalu digunakan untuk memanggil mertua, kakek-nenek, atau anggota keluarga yang jauh lebih senior. Misalnya, "Haraboji-nim" (Kakek) atau "Halmoni-nim" (Nenek). Menggunakan "-nim" dengan benar menunjukkan bahwa kamu memahami dan menghormati hierarki dalam budaya Korea.
Setelah memahami berbagai panggilan dan sufiks, berikut adalah beberapa tips praktis agar kamu tidak salah dalam memanggil keluarga atau kerabat orang Korea:
Selalu ingat bahwa panggilan dalam bahasa Korea sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin, baik pembicara maupun orang yang dipanggil. Misalnya, seorang perempuan tidak bisa memanggil kakak laki-lakinya dengan "Hyeong"—ini hanya untuk laki-laki. Jika ragu, tanyakan langsung dengan sopan: "Eotteoke bulleosseumnikka?" (Bagaimana seharusnya saya memanggil Anda?).
Contoh: jika kamu seorang laki-laki dan bertemu dengan kakak perempuan temanmu, tanyakan dulu apakah kamu boleh memanggilnya dengan "Nuna" atau lebih baik menggunakan nama depannya ditambah "-ssi". Ini akan menunjukkan bahwa kamu peduli dengan kesopanan.
Sufiks bisa mengubah makna dan tingkat kesopanan dalam panggilan. Misalnya, memanggil seseorang dengan "Oppa" saja terdengar akrab, tetapi "Oppa-ssi" terdengar lebih sopan. Jika kamu tidak yakin, pilihlah sufiks yang lebih formal, seperti "-ssi" atau "-nim", untuk menghindari kesan kasar.
Contoh: jika kamu bertemu dengan teman baru yang lebih tua, gunakan "[Nama]-ssi" sampai kamu merasa sudah cukup dekat untuk menggunakan "-ah" atau "-ya". Dalam keluarga, selalu gunakan sufiks yang lebih hormat untuk anggota yang lebih senior.
Salah satu cara terbaik untuk belajar adalah dengan mengamati bagaimana orang Korea memanggil anggota keluarga mereka. Misalnya, jika kamu berada di rumah teman Korea, perhatikan bagaimana dia memanggil orang tuanya, kakaknya, atau saudara-saudaranya. Ini akan memberi kamu petunjuk tentang panggilan yang tepat.
Contoh: jika temanmu memanggil ibunya dengan "Eomma", kamu juga bisa mengikuti panggilan tersebut jika sudah diizinkan. Namun, jika temanmu memanggil ibunya dengan "Omoni-nim", sebaiknya kamu juga menggunakan panggilan yang sama untuk menunjukkan kesopanan.
Orang Korea sangat menghargai usaha orang asing untuk belajar budaya mereka. Jika kamu tidak yakin dengan panggilan yang tepat, jangan ragu untuk bertanya dengan sopan. Misalnya, "Eotteoke bulleosseumnikka?" (Bagaimana seharusnya saya memanggil Anda?) atau "Jeoneun eotteoke bulleo?" (Saya harus memanggil Anda seperti apa?).
Contoh: jika kamu bertemu dengan paman dari temanmu, tanyakan langsung, "Samchon-nim-i doego, jeoneun eotteoke bulleo?" (Saya tahu Anda adalah paman, tetapi bagaimana saya harus memanggil Anda?). Ini akan menunjukkan bahwa kamu peduli dengan kesopanan dan ingin belajar.
Cara terbaik untuk menguasai panggilan keluarga Korea adalah dengan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika kamu memiliki teman Korea, cobalah untuk memanggil anggota keluarga mereka dengan benar saat bertemu. Jika kamu menonton drama Korea, perhatikan bagaimana tokoh-tokohnya memanggil keluarga mereka.
Contoh: saat menonton drama, catat panggilan yang digunakan oleh karakter dan coba tirukan dalam percakapan dengan teman Korea. Semakin sering kamu berlatih, semakin natural panggilanmu akan terdengar.
Meskipun sudah memahami teori, masih ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pelajar bahasa Korea dalam memanggil keluarga. Berikut adalah beberapa di antaranya dan cara menghindarinya:
Kesalahan terbesar adalah memanggil orang yang lebih tua dengan panggilan yang seharusnya untuk yang lebih muda. Misalnya, memanggil kakak laki-laki dengan "Dongsaeng" atau ibu dengan "Eomma" tanpa izin. Ini bisa dianggap sangat tidak sopan dan menyinggung perasaan.
Solusi: selalu tanyakan atau amati terlebih dahulu sebelum memanggil seseorang. Jika ragu, gunakan panggilan yang lebih formal, seperti "[Nama]-ssi" atau "[Panggilan]-nim".
Menggunakan sufiks seperti "-ya" atau "-ah" kepada orang yang baru dikenal atau lebih tua bisa terdengar tidak sopan. Misalnya, memanggil rekan kerja yang lebih senior dengan "Sunbae-ya" (kakak tingkat) bisa membuat mereka merasa tidak dihormati.
Solusi: dalam situasi formal, selalu gunakan "-ssi" atau "-nim". Jika kamu ingin terdengar lebih akrab, tunggu sampai orang tersebut mengizinkanmu untuk menggunakan panggilan yang lebih santai.
Memanggil paman dari pihak ibu dengan "Samchon" (yang seharusnya untuk paman dari pihak ayah) atau bibi dari pihak ayah dengan "Gomo" (yang seharusnya untuk bibi dari pihak ibu) adalah kesalahan yang umum. Ini menunjukkan bahwa kamu tidak memahami hierarki keluarga Korea.
Solusi: pelajari dengan baik perbedaan antara keluarga dari pihak ayah (chokga) dan keluarga dari pihak ibu (oega). Jika ragu, tanyakan langsung, "Bu-jjok-ieyo, oega-ieyo?" (Dari pihak ayah atau ibu?).
Memanggil mertua tanpa sufiks "-nim" (misalnya, hanya "Siomoni" tanpa "-nim") bisa dianggap sangat tidak sopan. Ini karena mertua memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam hierarki keluarga Korea.
Solusi: selalu gunakan "-nim" saat memanggil mertua, baik dalam percakapan langsung maupun saat membicarakan mereka. Misalnya, "Siomoni-nim-kkeseo malssum-i wasseumnida" (Ada pesan dari Ibu Mertua).
Beberapa panggilan, seperti "Oppa" atau "Nuna", hanya bisa digunakan oleh jenis kelamin tertentu. Misalnya, seorang laki-laki tidak bisa memanggil kakak laki-lakinya dengan "Oppa"—ini hanya untuk perempuan. Kesalahan seperti ini bisa membuat orang Korea bingung atau bahkan tersinggung.
Solusi: pelajari dengan baik panggilan mana yang sesuai dengan jenis kelaminmu. Jika kamu laki-laki, gunakan "Hyeong" untuk kakak laki-laki dan "Nuna" untuk kakak perempuan. Jika kamu perempuan, gunakan "Oppa" untuk kakak laki-laki dan "Eonni" untuk kakak perempuan.
Memahami panggilan keluarga dalam bahasa Korea memang membutuhkan waktu dan latihan, terutama karena melibatkan banyak detail budaya. Jika kamu merasa masih kesulitan atau ingin belajar lebih dalam, kami di Tugasin.me siap membantu! Kami menyediakan layanan bimbingan untuk tugas-tugas bahasa Korea, termasuk pemahaman budaya dan tata krama berbahasa.
Dengan bantuan tutor berpengalaman, kamu bisa berlatih percakapan, memahami konteks penggunaan panggilan keluarga, dan bahkan belajar menulis surat atau pesan dalam bahasa Korea dengan sopan. Selain itu, kami juga menyediakan layanan pengerjaan tugas atau skripsi jika kamu membutuhkan bantuan akademis terkait bahasa dan budaya Korea. Hubungi kami sekarang dan dapatkan panduan yang lebih personal sesuai kebutuhanmu!
Dengan memahami panggilan keluarga Korea dengan baik, kamu tidak hanya akan lebih percaya diri dalam berkomunikasi, tetapi juga menunjukkan rasa hormat terhadap budaya mereka. Ini akan sangat dihargai, terutama jika kamu berencana untuk tinggal, bekerja, atau menjalin hubungan dengan orang Korea. Selamat belajar, dan semoga panduan ini bermanfaat!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang