Apakah kamu pernah mendengar suara-suara khas dalam drama Korea, komik manhwa, atau lagu K-pop yang terdengar sangat ekspresif dan penuh makna? Misalnya, suara degup jantung yang berdebar kencang, gemericik air, atau bahkan suara makanan yang renyah saat digigit. Ternyata, itu semua bukan sekadar efek suara sembarangan—melainkan bagian dari onomatope, atau yang dalam bahasa Korea disebut weeseongeo (의성어). Onomatope adalah kata-kata yang menirukan suara asli dari benda, hewan, atau bahkan emosi manusia, lalu diubah menjadi bentuk tulisan yang mudah dipahami.
Jika kamu penggemar budaya Korea, pasti tanpa sadar sudah sering menemukan onomatope ini. Dalam drama, kata-kata seperti dugeun dugeun (degup jantung) atau nyam nyam (suara makan) sering muncul di subtitle untuk memperkuat suasana adegan. Bahkan dalam lagu-lagu K-pop, lirik kadang menyisipkan onomatope untuk menambah kedalaman emosi, seperti suara hujan jireung jireung (지렁지렁) atau suara tertawa kkokkkok (꼭꼭). Nah, kali ini, kami akan mengajakmu mengenal lebih dalam tentang onomatope dalam bahasa Korea—mulai dari definisi, fungsi, hingga contoh-contoh menarik yang mungkin sudah tidak asing lagi di telingamu. Yuk, simak sampai habis!
Onomatope, atau weeseongeo (의성어), adalah kata-kata yang terbentuk dari tiruan suara alam, benda, hewan, atau bahkan respons emosional manusia. Berbeda dengan kata biasa, onomatope tidak memiliki arti leksikal yang bisa dicari di kamus karena fungsinya adalah menggambarkan suara secara langsung. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kita mengenal "kokok" untuk suara ayam atau "gemericik" untuk suara air. Sama halnya dalam bahasa Korea, onomatope hadir untuk memperkaya komunikasi, terutama dalam karya sastra, media visual, dan percakapan sehari-hari.
Penggunaan onomatope dalam bahasa Korea sangat luas dan sering ditemukan dalam:
Tanpa onomatope, banyak nuansa dalam bahasa Korea akan hilang. Kata-kata ini tidak hanya berfungsi sebagai "suara", tetapi juga sebagai alat ekspresi emosi. Misalnya, aigoo (아이고) bisa menggambarkan rasa kesal atau kelelahan, sementara eung (응) yang pendek bisa menunjukkan setuju dengan malas-malasan. Itulah mengapa memahami onomatope akan membuat pemahamanmu terhadap bahasa dan budaya Korea jauh lebih mendalam.
Onomatope dalam bahasa Korea sangat beragam, mulai dari yang menggambarkan suara alam hingga respons fisik manusia. Berikut adalah beberapa contoh populer yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari, drama, atau lagu:
Kata ini digunakan untuk menggambarkan detak jantung yang cepat, biasanya ketika seseorang merasa gugup, jatuh cinta, atau ketakutan. Dalam drama romantis, dugeun dugeun sering muncul ketika karakter utama melihat pasangannya untuk pertama kali. Contoh penggunaan: "Geuraeseo neol boneun geu sungan, dugeun dugeun haesseo"* ("Saat melihatmu saat itu, hatiku berdebar kencang").
Onomatope ini juga bisa divariasikan menjadi dugeunda (두근다) sebagai kata kerja, yang berarti "berdebar". Misalnya, "Gaseumi dugeunda"* ("Hatiku berdebar"). Ini menunjukkan betapa fleksibelnya onomatope dalam bahasa Korea—bisa berdiri sendiri atau digabungkan dengan kata lain.
Jika dalam bahasa Indonesia kita mengenal "nyam nyam" atau "kruk kruk", dalam bahasa Korea, suara makan yang nikmat diwakili oleh nyam nyam. Kata ini sering digunakan dalam iklan makanan atau adegan makan dalam drama untuk menambah kesan lezat. Contoh: "Ige nyam nyam mangseoropge meogeoyo!"* ("Ini enak banget dimakan!").
Onomatope ini juga bisa menunjukkan suasana hati. Misalnya, jika seseorang makan dengan laju, suara chaemchaem (첨첨) mungkin lebih cocok, yang menggambarkan kunyahan cepat dan tidak sabaran. Sebaliknya, nyam nyam cenderung menggambarkan kenikmatan dan kepuasan.
Sama seperti "guk guk" dalam bahasa Indonesia, meong meong adalah suara khas anjing dalam bahasa Korea. Kata ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, terutama ketika membicarakan hewan peliharaan. Contoh: "Uri gae meong meong haeyo!"* ("Anjing kami menggonggong!").
Menariknya, onomatope untuk hewan dalam bahasa Korea kadang berbeda dengan bahasa lain. Misalnya, suara kucing dalam bahasa Korea adalah yaong (야옹), yang terdengar lebih lembut dibandingkan "meong" dalam bahasa Indonesia. Perbedaan ini menunjukkan bagaimana setiap bahasa menirukan suara dengan cara yang unik.
Kata ini menggambarkan suara guntur yang bergemuruh, sering digunakan dalam cuaca buruk atau adegan dramatis. Dalam drama, ureureung bisa muncul bersamaan dengan suara hujan jireung jireung (지렁지렁) untuk menciptakan suasana yang lebih intens. Contoh: "Bireun ureureung haego, bicheun tteugeopge naeryeoyo"* ("Petir bergemuruh, dan hujan turun dengan deras").
Onomatope cuaca seperti ini juga sering ditemukan dalam puisi atau lirik lagu, terutama yang bertema melankolis. Suara alam seperti salgsal (살금) untuk angin sepoi-sepoi atau para para (파라파라) untuk hujan gerimis bisa menambah kedalaman makna dalam sebuah karya.
Meskipun terdengar lucu, kkulkkul adalah onomatope resmi untuk suara babi dalam bahasa Korea. Kata ini sering digunakan dalam cerita anak-anak atau ketika membicarakan hewan di peternakan. Contoh: "Dongmulwoneseo kkulkkul neukkim-eul deureotda"* ("Di kebun binatang, kami mendengar suara babi 'kkulkkul'").
Onomatope hewan seperti ini juga bisa menjadi bahan lelucon atau ungkapan. Misalnya, jika seseorang tidur dengan suara dengkuran yang keras, temannya mungkin berkata, "Neo kkulkkul hae!"* ("Kamu mendengkur seperti babi!") sebagai sindiran lucu.
Masih banyak onomatope menarik lainnya, seperti tteokbokki (떡볶이) yang sebenarnya adalah nama makanan, tetapi suara "tteok tteok" (떡떡) bisa menggambarkan suara langkah kaki yang berat. Atau jjeokjjeok (쩍쩍), yang menggambarkan suara sesuatu yang lengket atau basah saat dilepas. Semakin kamu mendalami bahasa Korea, semakin banyak onomatope yang akan kamu temui—dan semakin kaya pula pemahamanmu terhadap budaya mereka.
Memahami onomatope bukan hanya soal menghafal kata-kata lucu, tetapi juga tentang menguasai nuansa bahasa. Dalam percakapan sehari-hari, orang Korea sering menggunakan onomatope untuk mengekspresikan perasaan atau situasi dengan lebih jelas. Misalnya:
Namun, onomatope juga bisa menjadi tantangan bagi pelajar bahasa Korea karena banyak yang tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa Indonesia. Misalnya, salgsal (살금) yang menggambarkan gerakan pelan-pelan (seperti berjalan jinjit) atau tteolteol (떨떨) untuk menggambarkan sesuatu yang goyah. Oleh karena itu, cara terbaik untuk menguasainya adalah dengan sering mendengar dan membaca—baik melalui drama, lagu, atau percakapan dengan penutur asli.
Jika kamu tertarik untuk mendalami onomatope dan aspek menarik lainnya dalam bahasa Korea, tetapi merasa kesulitan belajar sendiri, kami di Tugasin.me siap membantu! Kami menyediakan layanan bimbingan bahasa Korea yang dipandu oleh tutor berpengalaman, termasuk pembahasan mendalam tentang onomatope, tata bahasa, dan budaya Korea.
Dengan bantuan kami, kamu bisa:
Jangan biarkan onomatope menjadi penghalang dalam perjalanan belajarmu. Dengan bimbingan yang tepat, kamu bisa menguasai bahasa Korea dengan lebih percaya diri—dan tentu saja, menikmati setiap nuansa suara yang membuat bahasa ini begitu khas. Hubungi Tugasin.me sekarang dan mulailah petualangan belajarmu dengan cara yang lebih menyenangkan!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang