Beda tempat, beda budaya. Hal ini memang wajar terjadi, bahkan di Indonesia sendiri, setiap daerah memiliki budaya yang berbeda. Apalagi jika kita membandingkan budaya Indonesia dengan Korea Selatan, perbedaannya bisa sangat mencolok. Bagi kamu yang berencana tinggal di Korea, baik untuk studi, bekerja, atau sekadar traveling, memahami budaya setempat sangat penting agar terhindar dari situasi yang tidak diinginkan. Nah, agar tidak kaget saat pertama kali tiba, yuk simak 7 culture shock yang sering dialami WNI di Korea Selatan!
Di Korea, keterlambatan dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan, baik di dunia kerja, pendidikan, maupun kehidupan sosial. Orang Korea dikenal dengan ritme hidup yang cepat—berjalan cepat, makan cepat, bahkan layanan publik seperti MRT, kasir, dan pengiriman barang sangat efisien. Bagi banyak orang Indonesia yang terbiasa dengan "jam karet" atau gaya hidup santai, hal ini bisa mengejutkan dan terasa menekan.
Contohnya, jika kamu terlambat datang ke kelas atau meeting, kamu bisa dianggap tidak profesional, dan itu akan mempengaruhi penilaian dosen atau atasan. Bahkan, transportasi umum seperti kereta dan bus selalu tepat waktu, sehingga kamu harus benar-benar memperhatikan jadwal agar tidak ketinggalan.
Bahasa Korea sangat menekankan tingkat kesopanan. Ada perbedaan besar antara jondaemal (bahasa sopan) dan banmal (bahasa kasual). Salah menggunakan bahasa pada orang yang lebih tua atau orang yang baru dikenal bisa dianggap tidak sopan. Misalnya, kamu harus menggunakan "안녕하세요 (annyeonghaseyo)" pada senior, bukan "안녕 (annyeong)" yang hanya cocok untuk teman sebaya.
Selain itu, penggunaan gelar seperti ssi, nim, atau seonsaengnim juga sangat penting. Jika kamu salah menyebut gelar, orang Korea mungkin akan merasa tidak dihargai. Oleh karena itu, belajar bahasa Korea dengan baik sebelum berangkat sangat disarankan agar kamu tidak salah dalam berkomunikasi.
Makanan Korea cenderung pedas, terfermentasi, dan beraroma kuat seperti kimchi atau doenjang. Ini bisa membuat lidah orang Indonesia yang terbiasa dengan bumbu beragam tapi tidak seintens itu merasa kaget. Selain itu, minum alkohol setelah kerja, seperti noraebang atau soju party, adalah bagian dari budaya kerja dan membangun hubungan. Banyak WNI yang tidak terbiasa dengan budaya ini dan merasa tidak nyaman jika tidak ikut.
Fun fact: Di Korea, mengunyah dengan suara dianggap wajar, bahkan menunjukkan bahwa kamu menikmati makanan. Selain itu, saat makan bersama, biasanya orang Korea akan menawarkan makanan kepada orang lain sebagai bentuk perhatian. Jadi, jangan heran jika kamu sering ditawari makanan saat makan bersama teman atau rekan kerja.
Di Korea Selatan, aturan sosial dipatuhi dengan serius. Antri rapi adalah norma, dan pembuangan sampah dipisahkan secara spesifik: plastik, organik, kertas, dan non-daur ulang. Bahkan denda diberlakukan kepada orang yang membuang sampah sembarangan. Kamu tidak bisa buang sampah makanan basah ke tempat sampah biasa—harus dimasukkan terlebih dahulu ke kantong khusus yang dibeli di toko tertentu.
Selain itu, kebersihan di tempat umum sangat dijaga. Misalnya, di toilet umum, kamu akan menemukan berbagai fasilitas yang bersih dan rapi. Bahkan, di beberapa tempat, kamu akan menemukan petugas yang selalu membersihkan area tersebut agar tetap nyaman digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan kebiasaan di Indonesia, di mana terkadang masih ada tempat umum yang kurang terawat.
Orang Korea sangat memperhatikan penampilan, bahkan saat keluar hanya untuk membeli makanan ringan. Penggunaan make-up bagi perempuan (dan kadang laki-laki) adalah hal umum. Selain itu, teknologi di Korea sangat canggih—akses Wi-Fi cepat bahkan di transportasi umum dan taman kota. Tidak heran jika banyak orang Indonesia merasa minder saat baru tiba, karena gaya berpakaian warga Korea sangat stylish dan rapi.
Selain itu, penggunaan gadget dan teknologi juga sangat maju. Hampir semua orang menggunakan smartphone dengan berbagai aplikasi canggih untuk memudahkan kehidupan sehari-hari. Jadi, jika kamu berencana tinggal di Korea, pastikan kamu juga mengikuti perkembangan teknologi agar tidak ketinggalan.
Hubungan senior-junior atau atasan-bawahan sangat penting di Korea. Ada ekspektasi untuk menghormati orang yang lebih tua dengan gestur (membungkuk, menggunakan dua tangan saat memberi sesuatu), dan bahasa sopan. Misalnya, di kampus, mahasiswa baru biasanya membantu senior—seperti membersihkan ruang kelas atau membuat kopi.
Selain itu, dalam dunia kerja, kamu harus selalu menghormati atasan dan rekan kerja yang lebih senior. Bahkan, dalam percakapan sehari-hari, kamu harus menggunakan bahasa yang sopan dan tidak boleh terlalu santai. Hal ini bisa menjadi tantangan bagi orang Indonesia yang terbiasa dengan budaya lebih egaliter.
Korea memiliki empat musim yang ekstrem. Musim dingin bisa mencapai -15°C dan musim panas bisa sangat lembab dan panas. Orang Korea cenderung menjaga jarak secara emosional di awal perkenalan. Mereka sopan tapi tidak selalu terbuka secara spontan, sehingga orang Indonesia sering merasa "dijauhi" di awal. Banyak WNI mengira warga lokal tidak ramah, padahal mereka hanya menjaga privasi dan belum merasa akrab.
Selain itu, adaptasi dengan cuaca yang ekstrem juga bisa menjadi tantangan. Kamu harus mempersiapkan pakaian yang tepat untuk setiap musim, seperti jaket tebal untuk musim dingin dan pakaian tipis untuk musim panas. Jangan lupa juga untuk membawa payung karena hujan bisa datang tiba-tiba.
Untuk menghadapi culture shock, ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan. Pertama, pelajari frasa formal dan informal dalam bahasa Korea. Fokus pada jondaemal dan pengucapan saat memberi salam, meminta bantuan, dan berbicara dengan senior. Kedua, praktikkan etiket lokal seperti menggunakan dua tangan untuk menerima atau memberi sesuatu, berlatih antri, dan membuang sampah sesuai aturan—ini akan membuatmu lebih dihargai.
Selain itu, kenali makanan dan kebiasaan sosial setempat. Cobalah kimchi secara bertahap dan ikuti sesi minum sosial untuk memperluas relasi—ini juga bisa menjadi kesempatan untuk mempraktikkan kosakata sehari-hari. Siapkan pakaian dan perlengkapan untuk menghadapi cuaca ekstrem, seperti jaket tebal, payung, pelembap, dan pakaian berlapis. Terakhir, bergabunglah dengan komunitas lokal, ikut klub kampus, atau komunitas bahasa untuk memperluas jaringan dan memahami budaya Korea lebih dalam.
Jika kamu merasa kesulitan dalam beradaptasi, jangan ragu untuk mencari bantuan. Tugasin.me menyediakan layanan bantuan tugas dan tesis yang bisa membantu kamu dalam memahami budaya Korea lebih dalam. Dengan bantuan dari ahli yang berpengalaman, kamu bisa lebih mudah beradaptasi dan menikmati pengalaman tinggal di Korea Selatan. Jadi, jangan ragu untuk menghubungi kami jika kamu membutuhkan bantuan!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang