Mempelajari angka dalam bahasa Jepang bisa jadi tantangan tersendiri, terutama karena beberapa angka memiliki lebih dari satu cara pembacaan. Misalnya, angka 4 bisa dibaca sebagai shi atau yon, sementara angka 7 punya variasi shichi dan nana. Hal ini bukan tanpa alasan—sejarah dan budaya Jepang memengaruhi cara mereka menggunakan angka dalam kehidupan sehari-hari. Jika kamu sedang belajar bahasa Jepang, baik untuk keperluan akademis, bisnis, atau sekadar hobi, memahami sistem angka dengan baik akan sangat membantu, terutama saat berbelanja, membaca dokumen, atau bahkan mengikuti tes kemampuan bahasa seperti JLPT.
Artikel ini akan membahas secara lengkap panduan membaca angka Jepang dari 1 hingga 1 miliar, lengkap dengan sejarah singkatnya, penjelasan mengapa beberapa angka memiliki lebih dari satu bacaan, serta tips praktis untuk menghafal dan menggunakannya dengan mudah. Kami juga akan memberikan contoh penggunaan dalam kalimat sehari-hari agar kamu bisa langsung mempraktikkannya. Jadi, jika kamu ingin menguasai angka Jepang tanpa bingung, simak panduan ini sampai selesai!
Sebelum mempelajari cara membaca angka, penting untuk memahami latar belakang mengapa sistem angka Jepang bisa terasa rumit. Hal ini tidak lepas dari pengaruh budaya dan sejarah yang panjang, terutama dari Tiongkok. Berikut adalah beberapa periode kunci yang membentuk sistem angka Jepang seperti yang kita kenal sekarang:
1. Pengaruh Tiongkok pada Abad ke-5
Jepang mulai mengadopsi sistem penulisan kanji dari Tiongkok sekitar abad ke-5, termasuk karakter untuk angka. Pada awalnya, angka-angka ini hanya dibaca dengan satu cara, yaitu on-yomi (pembacaan yang berasal dari bahasa Tiongkok). Namun, seiring berjalannya waktu, Jepang mengembangkan pembacaan asli mereka sendiri, yang dikenal sebagai kun-yomi. Inilah yang kemudian menyebabkan beberapa angka memiliki lebih dari satu cara bacaan.
Misalnya, angka 1 (ichi dalam on-yomi) juga bisa dibaca sebagai hito dalam kun-yomi, tergantung konteksnya. Hal ini mirip dengan bagaimana bahasa Indonesia memiliki kata serapan dari bahasa asing yang kemudian disesuaikan dengan pelafalan lokal, seperti "telepon" yang berasal dari bahasa Inggris "telephone."
2. Perkembangan pada Era Nara dan Heian (710–1185)
Pada masa ini, sistem angka Jepang semakin berkembang seiring dengan penggunaan kanji yang lebih luas dalam literatur dan administrasi. Pembacaan kun-yomi mulai digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sementara on-yomi lebih sering muncul dalam teks-teks formal atau agama. Perbedaan ini menciptakan dualisme dalam pembacaan angka, di mana beberapa angka seperti 4 dan 7 mulai memiliki makna budaya yang sensitif.
Contohnya, angka 4 dibaca shi, yang juga berarti "kematian" dalam bahasa Jepang. Oleh karena itu, dalam konteks tertentu, orang Jepang lebih memilih menggunakan yon untuk menghindari kesan negatif. Hal serupa terjadi pada angka 9 (ku), yang terdengar mirip dengan kata "penderitaan," sehingga kadang diganti dengan kyuu.
3. Standarisasi pada Zaman Edo dan Meiji (1603–1912)
Pada periode ini, pemerintah Jepang mulai melakukan standarisasi dalam berbagai aspek, termasuk bahasa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengurangi penggunaan pembacaan angka yang dianggap kurang beruntung. Misalnya, shi untuk angka 4 secara resmi diganti dengan yon dalam banyak konteks, terutama di tempat-tempat seperti rumah sakit atau hotel, di mana angka 4 sering dihindari.
Standarisasi ini juga memengaruhi cara angka ditulis dan dibaca dalam dokumen resmi. Meskipun demikian, kedua pembacaan (baik on-yomi maupun kun-yomi) tetap diajarkan dalam pendidikan formal, karena keduanya masih digunakan dalam situasi yang berbeda. Misalnya, shi masih umum digunakan dalam menghitung bulan (seperti shigatsu untuk bulan April), sementara yon lebih sering muncul dalam percakapan sehari-hari.
Setelah memahami latar belakangnya, sekarang saatnya mempelajari cara membaca angka Jepang secara sistematis. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang menggunakan sistem desimal murni, bahasa Jepang memiliki satuan unik seperti man (10.000) dan oku (100 juta). Berikut adalah tabel lengkap beserta penjelasan detail untuk setiap angka:
Ichi adalah pembacaan standar untuk angka 1, terutama dalam konteks menghitung atau urutan. Misalnya, ichi-ji (pukul 1) atau ichi-nichi (satu hari). Sementara itu, hito lebih sering digunakan dalam kata majemuk, seperti hito-tsu (satu buah) atau hito-ri (satu orang). Perbedaan ini penting untuk diperhatikan agar tidak salah dalam penggunaan sehari-hari.
Contoh kalimat: Watashi wa hito-ri de ikimasu (Saya akan pergi sendirian). Di sini, hito-ri menunjukkan "satu orang," sementara ichi tidak bisa digunakan dalam konteks ini.
Seperti yang telah disebutkan, angka 4 memiliki dua pembacaan karena alasan budaya. Shi dianggap kurang beruntung karena mirip dengan kata "kematian," sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang Jepang lebih memilih yon. Misalnya, yon-sai (berusia 4 tahun) atau yon-piki (empat ekor hewan).
Namun, shi masih digunakan dalam konteks tertentu, seperti bulan April (shigatsu>) atau jam 4 sore (yo-ji, meskipun yon-ji juga bisa digunakan). Jika kamu berada di Jepang, perhatikan bahwa beberapa gedung atau kamar hotel mungkin melewatkan nomor 4 untuk menghindari kesan negatif.
Angka 7 juga memiliki dua pembacaan, di mana shichi adalah bentuk on-yomi dan nana adalah kun-yomi. Dalam percakapan sehari-hari, nana lebih umum digunakan, misalnya nana-ji (pukul 7) atau nana-tsu (tujuh buah). Sementara shichi sering muncul dalam kata majemuk, seperti shichi-gatsu (bulan Juli).
Perbedaan ini mirip dengan angka 4, di mana shichi kadang dianggap kurang beruntung karena terdengar mirip dengan kata "musuh" (shichi vs. teki). Namun, tidak sekuat tabu angka 4, sehingga kedua pembacaan masih sering digunakan bergantung pada konteksnya.
Angka 9 dibaca ku dalam on-yomi dan kokono dalam kun-yomi, tetapi kyuu adalah bentuk yang paling umum digunakan saat ini. Ku dihindari dalam beberapa situasi karena terdengar seperti kata "penderitaan" (ku dalam kurushii, yang berarti "menderita").
Contoh penggunaan: Kyuu-ji (pukul 9) atau kyuu-gatsu (bulan September). Dalam menghitung benda, kokono-tsu (sembilan buah) juga bisa digunakan, meskipun kyuu-tsu lebih lazim dalam percakapan modern.
Angka 10 dibaca juu dan menjadi dasar untuk membentuk angka puluhan lainnya. Misalnya, 20 adalah ni-juu (2 × 10), 30 adalah san-juu, dan seterusnya. Perhatikan bahwa untuk angka 11–19, struktur pembacaannya adalah angka satuan diikuti oleh juu-ichi (11), juu-ni (12), dan sebagainya.
Contoh: Juu-go fun (15 menit), ni-juu-sai (berusia 20 tahun). Dalam konteks waktu, juu-ji berarti pukul 10, sementara juu-nichi berarti tanggal 10.
Angka 100 dibaca hyaku, tetapi ada pengecualian untuk angka 300, 600, dan 800. Misalnya, 300 dibaca san-byaku (bukan san-hyaku), 600 dibaca rop-pyaku, dan 800 dibaca hap-pyaku. Hal ini disebabkan oleh perubahan bunyi untuk memudahkan pengucapan.
Contoh penggunaan: Hyaku-en (100 yen), san-byaku-nin (300 orang). Dalam kehidupan sehari-hari, angka ratusan sering digunakan saat berbelanja atau membicarakan harga.
Angka 1.000 dibaca sen, dan seperti hyaku, ada pengecualian untuk angka 3.000, yang dibaca san-zen (bukan san-sen). Angka ribuan sangat penting dalam transaksi keuangan atau saat membicarakan jumlah yang besar.
Contoh: Ichi-man sen-en (10.000 yen, karena 10 × 1.000), san-zen-nin (3.000 orang). Perhatikan bahwa dalam bahasa Jepang, titik (.) digunakan sebagai pemisah ribuan, bukan koma seperti dalam bahasa Indonesia.
Salah satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan man untuk menunjukkan 10.000, bukan 10 ribu seperti dalam bahasa Indonesia. Ini adalah satuan dasar untuk angka besar, dan sangat penting untuk dipahami, terutama dalam konteks keuangan atau statistik.
Contoh: Ichi-man-en (10.000 yen), juu-man-nin (100.000 orang). Untuk angka di atas 10.000, kamu cukup menambahkan angka di depannya, seperti ni-man (20.000) atau san-juu-man (300.000).
Oku adalah satuan untuk 100 juta, yang sering digunakan dalam pembicaraan tentang anggaran negara, populasi, atau nilai perusahaan. Misalnya, ichi-oku-en (100 juta yen) atau ni-oku-nin (200 juta orang).
Dalam berita atau dokumen resmi, angka seperti san-oku (300 juta) atau juu-oku (1 miliar, karena 10 × 100 juta) sering muncul. Memahami oku akan sangat membantu jika kamu tertarik dengan ekonomi atau bisnis Jepang.
Satuan terbesar yang umum digunakan adalah choo, yang setara dengan 1 triliun (1.000.000.000.000 dalam sistem Jepang, atau 1012). Meskipun jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari, choo sering muncul dalam konteks makroekonomi, seperti utang nasional atau nilai pasar saham.
Contoh: Ichi-choo-en (1 triliun yen). Untuk angka yang lebih besar lagi, Jepang menggunakan sistem yang mirip dengan bahasa Tiongkok, di mana setiap 10.000 kali lipat memiliki nama tersendiri, seperti kei (1016) atau gai (1020), meskipun sangat jarang digunakan.
Menghafal angka Jepang memang membutuhkan latihan, tetapi dengan metode yang tepat, kamu bisa menguasainya dengan lebih cepat. Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu terapkan:
Mnemonik adalah teknik menghafal dengan mengaitkan informasi baru dengan sesuatu yang sudah kamu ketahui. Misalnya, untuk mengingat bahwa angka 4 dibaca yon, bayangkan sebuah mobil yang yongkrak (dijack) karena ban nya pecah—ada 4 roda, kan? Atau untuk angka 7 (nana), ingatlah lagu anak-anak "Nana-nana boo-boo" yang populer di Barat.
Contoh lain: Angka 9 (kyuu) bisa diasosiasikan dengan kata "kyu" dalam "kyuubi" (rubah berekor sembilan dalam cerita rakyat Jepang). Semakin kreatif asosiasinya, semakin mudah kamu mengingatnya.
Flashcard adalah alat yang sangat efektif untuk menghafal kosakata, termasuk angka. Kamu bisa membuat flashcard sendiri dengan menulis angka dalam kanji di satu sisi dan pembacaannya di sisi lain. Aplikasi seperti Anki atau Quizlet juga menyediakan fitur flashcard digital yang bisa kamu gunakan kapan saja.
Selain itu, cobalah untuk berlatih dengan mendengarkan audio pembacaan angka. Banyak aplikasi belajar bahasa Jepang yang menyediakan fitur ini, sehingga kamu bisa terbiasa dengan pelafalan yang benar. Semakin sering kamu mendengar dan mengulang, semakin cepat kamu akan mengingatnya.
Cara terbaik untuk menguasai angka adalah dengan menggunakannya dalam percakapan atau tulisan. Mulailah dengan kalimat sederhana, seperti:
Jika kamu tidak memiliki teman untuk berlatih, cobalah menulis jurnal harian dalam bahasa Jepang dengan menyertakan angka, seperti mencatat pengeluaran atau jadwal kegiatan. Semakin sering kamu menggunakan angka dalam konteks nyata, semakin natural penguasaanmu.
Seperti yang telah dijelaskan, beberapa angka memiliki pembacaan yang berbeda tergantung konteksnya. Misalnya, angka 4 bisa dibaca shi dalam bulan (shigatsu) tetapi yon dalam menghitung benda (yon-hon). Oleh karena itu, selalu perhatikan di mana dan bagaimana angka tersebut digunakan.
Untuk membantu, buatlah daftar konteks umum dan pembacaan yang sesuai. Misalnya:
Dengan memahami konteks ini, kamu bisa menghindari kesalahan dalam penggunaan angka.
Saat belajar angka Jepang, ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pelajar. Mengetahui kesalahan ini akan membantu kamu untuk lebih berhati-hati:
Seperti yang telah disebutkan, beberapa angka memiliki pembacaan khusus, seperti 300 (san-byaku), 600 (rop-pyaku), dan 800 (hap-pyaku). Kesalahan umum adalah membacanya sebagai san-hyaku atau roku-hyaku, yang terdengar tidak alami bagi penutur asli.
Untuk menghindari ini, hafallah pengecualian-pengecualian ini sejak awal dan berlatihlah dengan mengucapkannya berulang kali. Kamu juga bisa mendengarkan penutur asli melalui video atau podcast untuk menirukan pelafalannya.
Banyak pelajar bingung antara man (10.000) dan sen (1.000), terutama karena dalam bahasa Indonesia, kita menggunakan "ribu" dan "juta" sebagai satuan. Misalnya, 100.000 yen bukan hyaku-sen-en, melainkan juu-man-en (10 × 10.000).
Untuk mengatasi kebingungan ini, biasakan diri dengan sistem satuan Jepang. Ingatlah bahwa man adalah dasar untuk angka besar, dan sen adalah ribuan. Latihan dengan mengonversi angka dari bahasa Indonesia ke Jepang akan sangat membantu.
Seperti yang telah dijelaskan, beberapa angka memiliki dua pembacaan: on-yomi (dari Tiongkok) dan kun-yomi (asli Jepang). Kesalahan umum adalah menggunakan pembacaan yang salah dalam konteks tertentu. Misalnya, menggunakan shi untuk angka 4 dalam percakapan sehari-hari, padahal yon lebih umum.
Untuk menghindari ini, pelajari kapan masing-masing pembacaan digunakan. Secara umum, on-yomi lebih sering muncul dalam kata majemuk atau istilah formal, sementara kun-yomi digunakan dalam percakapan kasual atau menghitung benda.
Menguasai angka Jepang memang membutuhkan waktu dan latihan, tetapi dengan pemahaman yang baik tentang sejarah, sistem pembacaan, dan konteks penggunannya, kamu bisa melakukannya dengan lebih mudah. Ingatlah bahwa beberapa angka memiliki pembacaan ganda karena alasan budaya, dan sistem satuan seperti man dan oku sangat penting untuk dipahami, terutama jika kamu berencana tinggal atau bekerja di Jepang.
Jika kamu merasa kesulitan atau membutuhkan bantuan lebih lanjut dalam mempelajari bahasa Jepang—baik itu angka, tata bahasa, atau persiapan tes seperti JLPT—kami di Tugasin.me siap membantu. Kami menyediakan layanan bimbingan tugas, pembuatan esai, dan pendampingan skripsi atau tesis dengan tenaga ahli yang berpengalaman. Dengan bantuan kami, kamu bisa belajar dengan lebih terstruktur dan efisien, sehingga bisa fokus pada penguasaan bahasa Jepang tanpa terbebani oleh tugas-tugas akademis lainnya.
Jangan ragu untuk menghubungi kami jika kamu membutuhkan bantuan. Selamat belajar, dan semoga panduan ini membantu kamu menguasai angka Jepang dengan lebih percaya diri!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang