Bagi penggemar film dan drama Jepang, lokasi syuting bukan sekadar latar belakang, melainkan karakter tersendiri yang memperkuat cerita. Dari jalanan sibuk Tokyo hingga kuil-kuil bersejarah di Kyoto, setiap kota menawarkan nuansa unik yang membuat adegan-adegan tertentu sulit dilupakan. Apalagi jika kamu berencana berkunjung ke Jepang, mengunjungi tempat-tempat ini bisa menjadi pengalaman yang lebih bermakna—seperti sedang melangkah ke dalam dunia film favoritmu.
Tidak hanya sekadar tempat, lokasi-lokasi ini sering kali dipilih karena mampu merepresentasikan emosi, konflik, atau momen penting dalam alur cerita. Misalnya, Shibuya Crossing yang melambangkan kebingungan dan dinamika kehidupan urban, atau Fushimi Inari Taisha yang sering digunakan untuk adegan perjalanan spiritual. Bahkan, beberapa sutradara sengaja memilih lokasi tertentu untuk menciptakan kontras—seperti memadukan modernitas Tokyo dengan ketenangan alam Hakone.
Nah, jika kamu penasaran kota-kota mana saja yang sering muncul di layar kaca dan layar lebar, yuk kita eksplorasi satu per satu! Siapa tahu, salah satunya adalah latar dari adegan favoritmu.
1. Tokyo: Pusat Modernitas yang Selalu Dinamis
Sebagai ibu kota Jepang, Tokyo adalah lokasi syuting yang paling serbaguna. Kota ini mampu menampilkan berbagai sisi—dari kemewahan gedung pencakar langit hingga gang-gang sempit yang masih mempertahankan nuansa shitamachi (kota lama). Tidak heran jika banyak film dan drama, baik produksi lokal maupun internasional, memilih Tokyo sebagai latar utama. Keunikan kota ini terletak pada kemampuannya untuk menggambarkan konflik antara tradisi dan modernitas, sebuah tema yang sering diangkat dalam cerita Jepang.
Misalnya, dalam film Lost in Translation (2003), Tokyo digambarkan sebagai kota yang membuat karakter utama merasa terasing meski dikelilingi keramaian. Sementara itu, drama seperti Tokyo Love Story (1991) menggunakan latar kota ini untuk menunjukkan dinamika hubungan antar tokoh di tengah kesibukan kehidupan urban. Berikut adalah beberapa lokasi ikonik di Tokyo yang sering muncul di layar:
- Shibuya Crossing Persimpangan tersibuk di dunia ini bukan hanya simbol kemacetan, tetapi juga representasi dari kehidupan Tokyo yang tidak pernah berhenti. Dalam film Tokyo Drift (2006), adegan balapan liar di Shibuya Crossing menjadi salah satu momen paling ikonik, menunjukkan bagaimana kota ini bisa menjadi arena bagi segala hal—dari romansa hingga aksi. Bagi sutradara, lokasi ini ideal untuk menggambarkan kebingungan, kebebasan, atau bahkan kesendirian di tengah keramaian. Jika berkunjung, cobalah berdiri di tengah persimpangan saat lampu merah menyala—kamu akan merasakan energi yang sama seperti yang ditampilkan di film!
- Akihabara: Surga Otaku dan Teknologi Distrik ini adalah pusat budaya pop Jepang, mulai dari toko elektronik, maid café, hingga gedung bertingkat penuh dengan merchandise anime. Dalam drama Densha Otoko (2005), Akihabara menjadi latar bagi kisah cinta yang berkembang di dunia otaku, sementara film Steins;Gate (2011) menggunakan lokasi ini untuk menggambarkan dunia teknologi dan konspirasi. Yang menarik, Akihabara sering digambarkan dengan lampu neon yang berkelap-kelip dan kerumunan penggemar, menciptakan suasana yang sangat khas dan sulit ditiru di tempat lain.
- Shinjuku dan Kabukicho: Sisi Gelap dan Glamor Tokyo Shinjuku dikenal dengan gedung-gedung pencakar langitnya, sementara Kabukicho adalah distrik hiburan malam terbesar di Jepang—tempat di mana bar, klub, dan izakaya (restoran minum) berkumpul. Film seperti Kill Bill: Vol. 1 (2003) dan The Outsider (2018) menggunakan Kabukicho sebagai latar untuk cerita bertema kejahatan dan balas dendam. Lampu neon yang menyala terang dan jalanan yang selalu ramai menciptakan atmosfer yang dramatis, cocok untuk adegan-adegan penuh ketegangan atau pertemuan rahasia antar karakter.
2. Kyoto: Keindahan Klasik yang Abadi
Jika Tokyo adalah wajah modern Jepang, Kyoto adalah jiwanya yang abadi. Kota ini mempertahankan warisan budaya Jepang melalui kuil-kuil kuno, rumah tradisional machiya, dan festival-festival yang masih dilaksanakan hingga kini. Banyak film dan drama bertema sejarah atau budaya memilih Kyoto sebagai lokasi syuting karena atmosfernya yang autentik, mampu membawa penonton kembali ke masa lalu.
Salah satu contohnya adalah film Memoirs of a Geisha (2005), yang sebagian besar adegannya diambil di Kyoto, terutama di distrik Gion. Drama seperti Rurouni Kenshin (2012) juga menggunakan latar Kyoto untuk menggambarkan Jepang era Meiji. Berikut adalah lokasi-lokasi di Kyoto yang sering muncul di layar:
- Fushimi Inari Taisha: Jalan Spiritual yang Magis Deretan gerbang torii merah yang membentang sepanjang jalan setapak di Fushimi Inari Taisha adalah salah satu pemandangan paling ikonik di Jepang. Dalam film Memoirs of a Geisha, lokasi ini digunakan untuk adegan di mana karakter utama merenungkan nasibnya. Suasana mistis yang diciptakan oleh ribuan gerbang ini sering dikaitkan dengan perjalanan spiritual, pencarian jati diri, atau momen-momen penting dalam hidup tokoh. Jika berkunjung, cobalah datang pagi-pagi saat masih sepi—kamu akan merasakan kedamaian yang sama seperti yang ditampilkan di film.
- Kiyomizudera dan Arashiyama: Romansa dan Nostalgia Kuil Kiyomizudera, dengan pemandangan kota Kyoto dari ketinggian, sering menjadi latar untuk adegan romantis atau nostalgia. Sementara itu, Arashiyama Bamboo Forest dengan batang bambu yang menjulang tinggi menciptakan suasana yang tenang dan hampir surreal. Dalam film The Wolverine (2013), Arashiyama digunakan sebagai latar untuk adegan pertarungan yang kontras dengan ketenangan alam sekitar. Kombinasi antara keindahan alam dan arsitektur tradisional membuat kedua lokasi ini ideal untuk cerita yang membutuhkan kedalaman emosional.
- Gion: Dunia Geisha yang Masih Hidup Gion adalah distrik geisha yang masih mempertahankan suasana Kyoto zaman dulu. Jalan-jalan berbatu, rumah kayu tradisional, dan ochaya (rumah minum) menciptakan atmosfer yang sangat khas. Dalam Memoirs of a Geisha, Gion menjadi latar utama yang menggambarkan kehidupan geisha, sementara drama seperti Hanamizuki (2010) menggunakan lokasi ini untuk adegan-adegan yang penuh dengan nuansa klasik. Jika beruntung, kamu bisa melihat geisha atau maiko (geisha magang) berjalan di sore hari, seperti yang sering ditampilkan dalam film.
3. Osaka: Kota yang Penuh Warna dan Energi
Osaka dikenal sebagai kota yang lebih santai dan ekspresif dibandingkan Tokyo. Dengan budaya kuliner yang kaya, humor khas Osaka-ben (dialek Osaka), dan suasana yang ramah, kota ini sering dijadikan latar untuk cerita yang penuh warna. Banyak film dan drama yang ingin menampilkan sisi lain dari Jepang—lebih hangat, lebih manusiawi—memilih Osaka sebagai lokasi syuting.
Contohnya, drama Nigeru wa Haji da ga Yaku ni Tatsu (2016) menggunakan Osaka sebagai latar untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari yang penuh dengan interaksi sosial. Sementara itu, film Gantz: Perfect Answer (2011) mengambil adegan aksi di Dotonbori, menunjukkan bagaimana kota ini bisa menjadi latar yang dramatis. Berikut adalah lokasi-lokasi ikonik di Osaka:
- Dotonbori: Ikon Kuliner dan Kehidupan Malam Dotonbori adalah jantung hiburan Osaka, terkenal dengan papan reklame neon raksasa, termasuk ikon Glico Running Man. Tempat ini sering dijadikan latar untuk film dan drama yang menggambarkan kehidupan malam, kisah persahabatan, atau petualangan kuliner. Dalam Gantz: Perfect Answer, adegan pertarungan di tengah kerumunan orang di Dotonbori menciptakan ketegangan yang sulit dilupakan. Cobalah mencicipi takoyaki atau okonomiyaki sambil menikmati pemandangan neon—kamu akan merasakan energi yang sama seperti di film!
- Kastil Osaka: Simbol Sejarah dan Kebangkitan Kastil Osaka adalah salah satu kastil paling terkenal di Jepang, dengan menara utama yang megah dan dinding batu yang kokoh. Kastil ini sering muncul dalam drama sejarah, terutama produksi taiga drama (drama sejarah panjang) dari NHK. Misalnya, dalam drama Sanada Maru (2016), Kastil Osaka menjadi latar penting untuk adegan-adegan pertempuran dan strategi perang. Kastil ini juga melambangkan ketahanan, karena pernah hancur dan dibangun kembali beberapa kali—seperti yang sering digambarkan dalam cerita-cerita epik.
- Shinsekai: Nostalgia Era Showa Shinsekai adalah distrik dengan suasana retro yang mengingatkan pada Jepang era 1920-an hingga 1950-an. Dengan menara Tsutenkaku sebagai ikon, tempat ini sering menjadi latar dalam film yang menggambarkan Osaka di masa lalu. Drama seperti Carnation (2011) menggunakan Shinsekai untuk menunjukkan kehidupan kelas pekerja pada masa itu. Arsitektur kuno dan lampu-lampu yang redup menciptakan suasana yang melankolis, cocok untuk cerita tentang kenangan atau perjuangan hidup.
4. Hakone: Surga Alam dan Ketenangan
Jika kamu mencari latar film dengan suasana alam yang tenang dan indah, Hakone adalah pilihan yang sempurna. Kota ini terkenal dengan pemandangan Gunung Fuji, danau yang menenangkan, dan onsen (pemandian air panas) tradisional. Banyak film dan drama Jepang memilih Hakone sebagai lokasi syuting untuk adegan romantis, perjalanan introspektif, atau momen-momen refleksi.
Salah satu contohnya adalah drama Nodame Cantabile (2006), yang menampilkan Hakone sebagai tempat liburan bagi karakter utamanya. Film seperti The Wind Rises (2013) juga menggunakan pemandangan Hakone untuk menggambarkan keindahan alam Jepang. Berikut adalah lokasi-lokasi yang sering dijadikan tempat syuting:
- Danau Ashi: Kedamaian dengan Latar Gunung Fuji Danau Ashi adalah tempat yang sering muncul dalam film dan drama Jepang, terutama yang bertema perjalanan atau pencarian jati diri. Dengan latar belakang Gunung Fuji yang menjulang, danau ini menciptakan suasana yang damai namun dramatis. Dalam drama Kimi no Na wa (2016), meskipun tidak secara langsung menampilkan Danau Ashi, pemandangan serupa digunakan untuk menggambarkan momen-momen penting dalam cerita. Perahu wisata berbentuk kapal perang yang melintasi danau juga menambah kesan klasik dan romantis.
- Owakudani: Suasana Misterius dengan Telur Hitam Owakudani adalah area vulkanik dengan asap belerang yang mengepul, menciptakan suasana yang misterius dan hampir seperti dunia lain. Tempat ini sering digunakan dalam film atau drama yang ingin menampilkan petualangan atau momen-momen supernatural. Selain itu, Owakudani terkenal dengan kuro-tamago (telur hitam) yang dipercaya bisa memperpanjang umur. Dalam beberapa cerita, telur ini dijadikan simbol harapan atau keberuntungan, seperti dalam drama Hanzawa Naoki (2013).
- Onsen Ryokan: Liburan dan Konflik dalam Satu Atap Banyak film dan drama Jepang menampilkan adegan di onsen ryokan, dan Hakone adalah salah satu tempat terbaik untuk itu. Suasana ryokan dengan kamar tatami, yukata (kimono santai), dan pemandian air panas sering digunakan dalam adegan liburan keluarga, perjalanan romantis, atau bahkan konflik dramatis antara karakter. Dalam film Thermae Romae (2012), onsen menjadi latar utama yang menghubungkan masa lalu dan sekarang. Ketenangan air panas sering kontras dengan emosi karakter, menciptakan momen yang penuh makna.
5. Hiroshima: Kota dengan Sejarah yang Mendalam
Hiroshima bukan hanya dikenal sebagai kota dengan sejarah tragis, tetapi juga sebagai simbol perdamaian dan kebangkitan. Banyak film dan drama yang bertemakan perdamaian, perjalanan emosional, atau refleksi kehidupan memilih Hiroshima sebagai lokasi syuting. Kota ini mampu menggambarkan kontras antara kesedihan masa lalu dan harapan masa depan, sebuah tema yang sering diangkat dalam cerita Jepang.
Film animasi In This Corner of the World (2016) adalah salah satu contoh terbaik yang menggambarkan Hiroshima sebelum dan setelah Perang Dunia II dengan cara yang emosional dan menyentuh. Sementara itu, drama seperti Rikuoh (2017) menggunakan latar Hiroshima untuk menunjukkan perjuangan karakter dalam menghadapi luka masa lalu. Berikut adalah lokasi-lokasi ikonik di Hiroshima:
- Atomic Bomb Dome & Peace Memorial Park: Simbol Perdamaian Bangunan yang tersisa dari ledakan bom atom pada 1945 ini adalah pengingat akan tragedi perang. Dalam film atau dokumenter bertema sejarah dan anti-perang, lokasi ini sering digunakan untuk adegan refleksi atau momen-momen emosional. In This Corner of the World menampilkan Atomic Bomb Dome sebagai simbol kehancuran, tetapi juga sebagai awal dari kebangkitan. Kunjungan ke sini sering kali menjadi pengalaman yang mengubah perspektif, baik bagi karakter dalam film maupun bagi pengunjung nyata.
- Pulau Miyajima & Gerbang Torii Terapung Pulau Miyajima terkenal dengan gerbang torii terapungnya yang ikonik di Kuil Itsukushima. Lokasi ini sering digunakan dalam film dan drama bertema sejarah, budaya, atau romansa, karena memberikan suasana yang tenang dan indah. Dalam film The Wolverine (2013), gerbang torii Miyajima menjadi latar untuk adegan pertarungan yang kontras dengan keindahan alam sekitar. Pasang surut air laut yang membuat gerbang terlihat mengapung menambah kesan magis pada setiap adegan.
- Kastil Hiroshima: Kebangkitan dari Puing Meskipun kastil aslinya hancur akibat bom atom, rekonstruksinya kini menjadi simbol kebangkitan Hiroshima. Kastil ini sering dijadikan latar dalam film atau drama yang ingin menggambarkan perjalanan waktu antara masa lalu dan masa kini Jepang. Dalam drama Hiroshima, Mon Amour (1959), kastil digunakan sebagai metafora untuk ingatan yang tidak bisa dihapus. Dari atas kastil, pengunjung bisa melihat kota Hiroshima yang kini telah bangkit, sebuah pemandangan yang sering digunakan untuk adegan penutup yang penuh harapan.
6. Hokkaido: Keindahan Alam yang Menakjubkan
Hokkaido, pulau paling utara di Jepang, menawarkan pemandangan alam yang luar biasa—dari pegunungan bersalju hingga ladang bunga yang luas. Banyak film dan drama Jepang memilih Hokkaido sebagai lokasi syuting untuk menghadirkan suasana romantis, petualangan, atau perjalanan emosional. Musim yang ekstrem—salju tebal di winter atau bunga lavender di summer—menambah kedalaman visual pada setiap adegan.
Drama seperti Kita no Kuni Kara (2003) menggunakan Hokkaido sebagai latar untuk menggambarkan kehidupan pedesaan yang damai, sementara film Snow Flower (2013) menampilkan salju Hokkaido sebagai simbol kesendirian dan harapan. Berikut adalah lokasi-lokasi yang sering dijadikan tempat syuting:
- Furano & Biei: Ladang Lavender yang Romantis Furano dan Biei terkenal dengan ladang lavender yang mekar indah di musim panas. Tempat ini sering dijadikan latar dalam drama dan film bertema romansa, seperti Kita no Kuni Kara, yang menggambarkan kehidupan pedesaan yang indah dan penuh kedamaian. Pemandangan ladang bunga yang luas sering digunakan untuk adegan-adegan bahagia atau momen-momen penting dalam hubungan antar karakter. Jika berkunjung di musim panas, kamu bisa merasakan aroma lavender yang sama seperti yang ditampilkan di film.
- Sapporo Snow Festival: Keajaiban Musim Dingin Sapporo Snow Festival adalah festival salju terbesar di Jepang, menampilkan patung es raksasa yang spektakuler. Lokasi ini sering muncul dalam drama bertema musim dingin, terutama dalam adegan festival atau kisah cinta yang berlatar salju. Dalam film Love Letter (1995), salju Sapporo menjadi latar untuk cerita nostalgia yang menyentuh. Patung-patung es yang rumit dan lampu-lampu yang menerangi malam menciptakan suasana yang magis, cocok untuk cerita-cerita yang penuh emosi.
- Otaru: Kanal Romantis dan Suasana Retro Otaru dikenal dengan kanalnya yang romantis dan suasana retro yang khas. Banyak film dan drama Jepang yang menampilkan Otaru sebagai latar untuk cerita bernuansa nostalgia, seperti Love Letter, yang terkenal dengan adegan indah di tengah musim dingin Otaru. Lampu-lampu jalan yang redup dan bangunan bergaya Barat menciptakan atmosfer yang melankolis namun hangat, ideal untuk cerita tentang cinta atau kenangan.
7. Nagasaki: Perpaduan Budaya yang Unik
Nagasaki adalah kota yang unik karena memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan internasional. Pengaruh budaya Barat, terutama dari Belanda dan Portugal, masih terasa di berbagai sudut kota. Karena keunikan ini, Nagasaki sering dijadikan lokasi syuting film dan drama yang ingin menampilkan perpaduan budaya atau latar sejarah yang mendalam.
Film seperti Silence (2016) menggunakan Nagasaki sebagai latar untuk menggambarkan konflik antara agama dan budaya Jepang. Sementara itu, drama seperti Gunshi Kanbei (2014) menampilkan Nagasaki sebagai kota yang menjadi jembatan antara Jepang dan dunia luar. Berikut adalah lokasi-lokasi ikonik di Nagasaki:
- Glover Garden: Jejak Sejarah Perdagangan Internasional Glover Garden adalah taman dengan rumah-rumah bergaya Barat dari abad ke-19 yang dibangun oleh pedagang asing. Tempat ini sering muncul dalam drama bertema sejarah atau film yang menyoroti interaksi antara Jepang dan dunia Barat. Dalam film The Last Samurai (2003), meskipun tidak secara langsung menampilkan Glover Garden, suasana serupa digunakan untuk menggambarkan pengaruh Barat di Jepang. Rumah-rumah bergaya Victoria dan pemandangan pelabuhan menciptakan atmosfer yang sangat berbeda dari kota-kota Jepang lainnya.
- Dejima: Pulau Perdagangan di Era Isolasi Dejima dulunya adalah pulau buatan yang menjadi satu-satunya tempat perdagangan dengan bangsa Eropa selama periode isolasi Jepang (Edo). Lokasi ini sering digunakan dalam film bertema sejarah, terutama yang menggambarkan kehidupan pedagang asing di Jepang. Dalam drama Shogun (1980), Dejima menjadi latar penting untuk konflik antara budaya Jepang dan Barat. Bangunan-bangunan bergaya Belanda dan jalanan sempit menciptakan suasana yang autentik, seolah membawa penonton kembali ke abad ke-17.
- Katedral Oura: Simbol Sejarah Umat Kristen di Jepang Sebagai gereja Katolik tertua di Jepang, Katedral Oura menjadi simbol sejarah umat Kristen di negara ini. Beberapa film dan drama yang mengangkat tema agama atau kisah hidup komunitas Katolik Jepang menggunakan katedral ini sebagai latar utama. Dalam film Silence, Katedral Oura digunakan untuk menggambarkan perjuangan iman di tengah penindasan. Arsitektur Gothic dan suasana tenang di dalam gereja menciptakan kontras dengan dunia luar yang penuh konflik.
Penutup: Jelajahi Jepang Melalui Layar dan Nyata
Setiap kota di Jepang memiliki karakter dan cerita tersendiri, yang membuatnya menjadi latar sempurna untuk film dan drama. Dari keramaian Tokyo hingga ketenangan Hakone, dari sejarah Hiroshima hingga keindahan alam Hokkaido, lokasi-lokasi ini tidak hanya memperkaya visual sebuah produksi, tetapi juga menambah kedalaman emosional pada cerita yang disampaikan.
Jika kamu berencana berkunjung ke Jepang, mengunjungi tempat-tempat ini bisa menjadi pengalaman yang lebih bermakna. Bayangkan berdiri di Shibuya Crossing seperti dalam Lost in Translation, atau berjalan di antara gerbang torii Fushimi Inari seperti dalam Memoirs of a Geisha. Setiap lokasi memiliki cerita sendiri yang menunggu untuk dijelajahi.
Oh ya, jika kamu sedang sibuk dengan tugas atau skripsi dan tidak sempat merencanakan perjalanan, jangan khawatir! Kami di Tugasin.me siap membantu kamu menyelesaikan tugas akademik, mulai dari esai, laporan, hingga analisis film. Dengan tim penulis profesional, kamu bisa fokus menikmati film favoritmu sementara kami mengurus tugas-tugasmu. Hubungi kami sekarang dan rasakan kemudahan belajar tanpa stres!