Mengirim email formal dalam bahasa Inggris sering kali menjadi tantangan tersendiri, terutama jika kamu harus berkomunikasi dengan rekan bisnis, atasan, atau institusi internasional. Kesalahan kecil dalam pemilihan kata, struktur, atau tata bahasa bisa berdampak pada kesan profesionalisme kamu. Namun, jangan khawatir! Dalam panduan ini, kami akan membahas secara detail cara menulis email formal bahasa Inggris yang profesional, mulai dari perbedaan dengan email non-formal, struktur yang benar, hingga contoh-contoh praktis untuk berbagai keperluan. Dengan memahami setiap elemennya, kamu bisa menyusun email yang tidak hanya sopan, tetapi juga efektif dalam menyampaikan pesan.
Baik kamu sedang melamar pekerjaan, mengajukan kerjasama bisnis, atau sekadar mengirim surat resmi ke institusi, kemampuan menulis email formal dengan baik akan membedakanmu dari yang lain. Artikel ini akan membantumu memahami nuansa bahasa yang tepat, menghindari kesalahan umum, dan memberikan contoh konkret yang bisa kamu tiru. Simak sampai selesai agar emailmu selalu meninggalkan kesan positif dan profesional!
Sebelum memulai menulis, penting untuk memahami perbedaan mendasar antara email formal dan non-formal. Kesalahan dalam memilih gaya penulisan bisa membuat pesanmu terkesan tidak serius atau bahkan menyinggung penerima. Email formal umumnya digunakan dalam konteks profesional, bisnis, atau resmi, seperti komunikasi dengan klien, atasan, rekan kerja baru, atau institusi pemerintah. Sementara email non-formal lebih cocok untuk percakapan santai dengan teman, keluarga, atau kolega yang sudah akrab.
Perbedaan utama terletak pada bahasa, struktur, dan kesopanan. Email formal mengharuskan penggunaan kata-kata yang baku, kalimat yang terstruktur, dan sapaan yang resmi. Sebaliknya, email non-formal lebih fleksibel, sering menggunakan singkatan (seperti "ASAP" atau "BTW"), bahasa sehari-hari, bahkan emoji jika situasinya memungkinkan. Misalnya, dalam email formal, kamu akan menulis "I would appreciate your prompt response"* daripada "Reply soon, ya!" yang lebih cocok untuk email non-formal.
Email non-formal cocok untuk situasi yang lebih santai, seperti berkomunikasi dengan teman dekat, rekan kerja yang sudah lama dikenal, atau dalam kelompok diskusi internal yang tidak memerlukan kesan resmi. Meskipun demikian, tetap perhatikan konteks dan hubunganmu dengan penerima. Misalnya, meskipun kamu sudah akrab dengan atasan, jika emailnya berkaitan dengan pekerjaan resmi, lebih baik tetap menggunakan gaya formal untuk menjaga profesionalisme.
Contoh penggunaan email non-formal yang tepat adalah ketika kamu mengirim undangan makan siang kepada kolega, membagikan informasi pribadi, atau sekadar mengobrol tentang topik non-pekerjaan. Namun, hindari penggunaan bahasa yang terlalu kasual jika kamu tidak yakin dengan tingkat kedekatanmu dengan penerima. Kesalahan dalam menilai situasi bisa membuatmu terlihat tidak profesional atau bahkan kurang menghargai penerima.
Menulis email formal bukan hanya tentang memilih kata-kata yang sopan, tetapi juga tentang menyusun struktur yang jelas dan logis. Setiap bagian memiliki fungsi tersendiri, mulai dari subjek yang menarik perhatian hingga penutup yang meninggalkan kesan positif. Berikut adalah struktur lengkap yang harus kamu ikuti, beserta penjelasan detail untuk masing-masing bagian:
Subjek adalah gerbang pertama yang akan dilihat penerima sebelum membuka emailmu. Subjek yang buruk bisa membuat emailmu diabaikan atau bahkan masuk ke folder spam. Oleh karena itu, pastikan subjekmu jelas, singkat, dan relevan dengan isi email. Hindari subjek yang terlalu umum seperti "Hello"* atau "Important"*, karena tidak memberikan informasi apa pun.
Beberapa tips dalam menulis subjek yang efektif:
Sapaan pembuka menentukan nada seluruh email. Kesalahan dalam memilih sapaan bisa membuat emailmu terkesan terlalu kaku atau sebaliknya, terlalu santai. Berikut adalah beberapa opsi sapaan yang bisa kamu gunakan, beserta konteksnya:
Jika kamu ragu, selalu pilih opsi yang lebih formal. Misalnya, jika kamu tidak yakin apakah harus menggunakan Dear atau Hello, pilih Dear. Selain itu, pastikan kamu mengeja nama penerima dengan benar—kesalahan ejaan bisa dianggap sebagai ketidakprofesionalan.
Bagian isi email adalah inti dari komunikasimu, jadi pastikan untuk menyusunnya dengan jelas dan terstruktur. Isi email formal biasanya terdiri dari tiga bagian utama: pembuka, isi utama, dan penutup. Berikut adalah panduan detail untuk masing-masing bagian:
Paragraf pembuka berfungsi untuk memperkenalkan diri (jika perlu) dan menyampaikan tujuan email. Jika kamu menulis kepada seseorang untuk pertama kali, sebutkan nama, posisi, dan perusahaanmu secara singkat. Contoh: "My name is [Nama Kamu], and I am the [Jabatan] at [Perusahaan]. I am writing to [tujuan email]."*
Jika kamu sudah pernah berkomunikasi sebelumnya, cukup sebutkan konteksnya. Misalnya: "Following up on our previous conversation about [topik], I would like to [tujuan]."* Hindari pembukaan yang terlalu panjang atau basa-basi. Langsung ke inti pembicaraan setelah sapaan.
Ini adalah bagian di mana kamu menyampaikan informasi, permintaan, atau pertanyaan utama. Pastikan setiap paragraf hanya membahas satu ide atau topik untuk memudahkan pembacaan. Beberapa tips penting:
Jika emailmu berisi permintaan, akhiri dengan kalimat yang sopan seperti "I would appreciate your feedback by [tanggal]"* atau "Thank you for your time and consideration."* Ini menunjukkan bahwa kamu menghargai waktu penerima.
Penutup berfungsi untuk mengakhiri email dengan sopan dan meninggalkan kesan positif. Pilih frasa penutup yang sesuai dengan tingkat formalitas emailmu. Beberapa opsi umum:
Setelah frasa penutup, sertakan nama lengkap, jabatan, dan kontak (jika diperlukan). Jika mewakili perusahaan, kamu juga bisa menambahkan tanda tangan digital atau informasi perusahaan di bagian bawah. Contoh: "Best regards, [Nama Lengkap] [Jabatan] [Perusahaan] [Nomor Telepon/Email]"*
Tanda tangan dalam email formal tidak hanya berisi namamu, tetapi juga informasi kontak yang relevan. Ini memudahkan penerima untuk menghubungimu jika diperlukan. Berikut adalah elemen yang sebaiknya disertakan:
Contoh tanda tangan profesional: "Best regards, Andi Wijaya Senior Accountant PT Maju Bersama Phone: +62 812 3456 7890 | Email: andi.wijaya@majubersama.co.id"*
Setelah memahami struktur dan aturannya, kini saatnya melihat contoh nyata email formal untuk berbagai situasi. Setiap contoh dilengkapi dengan terjemahan dan penjelasan mengapa struktur tersebut efektif. Kamu bisa menyesuaikannya sesuai dengan kebutuhanmu.
Email lamaran kerja adalah salah satu jenis email formal yang paling kritis, karena kesan pertama sangat menentukan. Pastikan emailmu singkat, jelas, dan profesional, dengan lampiran CV dan surat lamaran yang sudah disiapkan.
Subject: Application for [Posisi] Position – [Nama Kamu]
Contoh Email:
Dear Ms. Lestari, I hope this email finds you well. I am writing to express my interest in the [Posisi] position at [Perusahaan], as advertised on [sumber lowongan]. With my background in [bidang terkait] and [X tahun] experience in [keahlian utama], I am confident that my skills align well with the requirements for this role. Attached, you will find my resume and a cover letter detailing my qualifications and how I can contribute to [Perusahaan]. I have also included samples of my work in [bidang spesifik], which demonstrate my ability to [sebutkan pencapaian relevan]. I would welcome the opportunity to discuss how my experience and skills would benefit your team. Please let me know if you require any additional information. I am available for an interview at your earliest convenience. Thank you for your time and consideration. I look forward to the possibility of contributing to [Perusahaan]. Best regards, [Nama Kamu] [Nomor Telepon] [Email]
Terjemahan:
Hormat saya, Bu Lestari, Saya berharap email ini menemui Anda dalam keadaan baik. Saya menulis untuk menyampaikan minat saya pada posisi [Posisi] di [Perusahaan], seperti yang diikankan di [sumber lowongan]. Dengan latar belakang saya di bidang [bidang terkait] dan pengalaman [X tahun] dalam [keahlian utama], saya yakin keterampilan saya sesuai dengan persyaratan untuk peran ini. Terkait, Anda akan menemukan resume dan surat lamaran saya yang menjelaskan kualifikasi saya dan bagaimana saya dapat berkontribusi pada [Perusahaan]. Saya juga telah melampirkan contoh pekerjaan saya di [bidang spesifik], yang menunjukkan kemampuan saya dalam [sebutkan pencapaian relevan]. Saya akan sangat senang jika diberi kesempatan untuk membahas bagaimana pengalaman dan keterampilan saya dapat bermanfaat bagi tim Anda. Mohon beri tahu saya jika Anda memerlukan informasi tambahan. Saya tersedia untuk wawancara sesuai jadwal Anda. Terima kasih atas waktu dan pertimbangannya. Saya menantikan kemungkinan untuk berkontribusi pada [Perusahaan]. Hormat saya, [Nama Kamu] [Nomor Telepon] [Email]
Penjelasan:
Email penawaran kerja sama harus menarik, informatif, dan meyakinkan. Tujuannya adalah untuk membuka dialog dan menunjukkan bagaimana kerjasama bisa saling menguntungkan. Berikut adalah contoh email yang bisa kamu gunakan:
Subject: Partnership Opportunity Between [Perusahaan Kamu] and [Perusahaan Penerima]
Contoh Email:
Dear Mr. Hartono, I hope you are doing well. I am [Nama Kamu], [Jabatan] at [Perusahaan Kamu]. We specialize in [deskripsi singkat tentang bisnis kamu, misal: "digital marketing solutions for SMEs"], and I am reaching out to explore a potential partnership with [Perusahaan Penerima]. We have been following [Perusahaan Penerima]’s impressive growth in [sebutkan bidang/proyek spesifik], particularly your recent [sebutkan pencapaian, misal: "expansion into Southeast Asia"]. Our team believes that by combining our expertise in [keahlian kamu] with your strengths in [keahlian mereka], we can create synergistic opportunities that benefit both parties. Specifically, we propose collaborating on [jelaskan ide kerjasama secara singkat, misal: "a joint campaign to increase market reach in Indonesia"]. This partnership could help [Perusahaan Penerima] achieve [tujuan mereka, misal: "higher customer engagement"], while allowing us to [tujuan kamu, misal: "expand our client base in your industry"]. I would love to discuss this further in a brief meeting. Are you available for a 30-minute call next week? Please let me know a time that works for you, and I will be happy to accommodate. Alternatively, we can arrange an in-person meeting if you prefer. Thank you for considering this opportunity. I am confident that our collaboration could yield significant results for both companies. Looking forward to your positive response. Best regards, [Nama Kamu] [Jabatan] [Perusahaan Kamu] [Kontak]
Terjemahan:
Hormat saya, Pak Hartono, Saya harap Anda dalam keadaan baik. Saya [Nama Kamu], [Jabatan] di [Perusahaan Kamu]. Kami berspesialisasi dalam [deskripsi singkat tentang bisnis kamu], dan saya menghubungi Anda untuk menjajaki kemungkinan kerjasama dengan [Perusahaan Penerima]. Kami telah mengikuti pertumbuhan mengesankan [Perusahaan Penerima] di [bidang/proyek spesifik], terutama [pencapaian terbaru mereka]. Tim kami percaya bahwa dengan menggabungkan keahlian kami dalam [keahlian kamu] dengan kekuatan Anda dalam [keahlian mereka], kami dapat menciptakan peluang sinergis yang menguntungkan kedua belah pihak. Secara khusus, kami mengusulkan kerjasama dalam [ide kerjasama secara singkat]. Kerjasama ini dapat membantu [Perusahaan Penerima] mencapai [tujuan mereka], sementara memungkinkan kami untuk [tujuan kamu]. Saya sangat ingin membahas ini lebih lanjut dalam pertemuan singkat. Apakah Anda tersedia untuk panggilan 30 menit minggu depan? Mohon beri tahu waktu yang cocok bagi Anda, dan saya dengan senang hati akan menyesuaikan. Atau, kami dapat mengatur pertemuan langsung jika Anda lebih suka. Terima kasih atas pertimbangannya. Saya yakin kerjasama kami dapat menghasilkan hasil yang signifikan bagi kedua perusahaan. Menantikan tanggapan positif Anda. Hormat saya, [Nama Kamu] [Jabatan] [Perusahaan Kamu] [Kontak]
Penjelasan:
Kadang kamu perlu menghubungi seseorang atau sebuah institusi untuk meminta informasi, seperti detail produk, jadwal acara, atau klarifikasi tentang sebuah kebijakan. Email ini harus singkat, langsung ke tujuan, dan sopan.
Subject: Inquiry About [Topik Spesifik]
Contoh Email:
Dear Customer Support Team, I hope you are doing well. I am writing to inquire about [jelaskan informasi yang kamu butuhkan, misal: "the pricing and availability of your [Produk/Layanan]"]. Specifically, I would like to know:
I would greatly appreciate it if you could provide this information by [tanggal jika mendesak]. If there are any brochures or catalogs available, please feel free to attach them to your response. Thank you for your time and assistance. I look forward to your prompt reply. Best regards, [Nama Kamu] [Perusahaan/Jabatan, jika relevan] [Kontak]
Terjemahan:
Tim Dukungan Pelanggan yang terhormat, Saya harap Anda dalam keadaan baik. Saya menulis untuk menanyakan tentang [informasi yang dibutuhkan]. Secara khusus, saya ingin mengetahui:
Saya akan sangat berterima kasih jika Anda dapat memberikan informasi ini sebelum [tanggal]. Jika ada brosur atau katalog yang tersedia, silakan lampirkan dalam balasan Anda. Terima kasih atas waktu dan bantuan Anda. Saya menantikan balasan secepatnya. Hormat saya, [Nama Kamu] [Perusahaan/Jabatan] [Kontak]
Penjelasan:
Meskipun sudah memahami struktur dan contoh, masih ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan saat menulis email formal. Kesalahan ini bisa mengurangi profesionalisme emailmu atau bahkan membuat pesanmu sulit dipahami. Berikut adalah beberapa di antaranya beserta tips untuk menghindarinya:
Subjek seperti "Hello"* atau "Important"* tidak memberikan informasi apa pun kepada penerima. Penerima email yang sibuk cenderung mengabaikan email dengan subjek yang ambigu. Selalu sertakan tujuan utama email dalam subjek, seperti "Follow-Up on Job Application – [Nama Kamu]"* atau "Request for Quotation: [Produk/Layanan]"*.
Jika emailmu adalah lanjutan dari percakapan sebelumnya, sertakan konteksnya. Misalnya: "Re: Meeting on [Tanggal] – Additional Documents Attached"*. Ini membantu penerima mengingat percakapan sebelumnya dan memprioritaskan emailmu.
Menggunakan sapaan yang tidak tepat, seperti "Hey"* atau "Hi there"*, bisa membuat emailmu terkesan tidak profesional. Selalu gunakan Dear [Nama] untuk email formal pertama. Jika kamu tidak tahu nama penerima, gunakan To Whom It May Concern atau Dear [Departemen] Team.
Jika kamu ragu tentang gelar penerima (misalnya, apakah mereka memiliki gelar "Dr." atau "Prof."), lakukan riset singkat di LinkedIn atau situs web perusahaan. Kesalahan dalam sapaan, seperti menggunakan "Mr."* untuk wanita atau sebaliknya, bisa menyinggung.
Email formal harus ringkas dan mudah dibaca. Paragraf yang terlalu panjang (lebih dari 5-6 baris) bisa membuat penerima kehilangan minat. Setiap paragraf sebaiknya hanya membahas satu ide utama. Jika emailmu membahas beberapa topik, pisahkan menjadi paragraf terpisah.
Gunakan poin-poin atau penomoran jika kamu perlu menyampaikan beberapa informasi sekaligus. Misalnya, saat meminta beberapa dokumen, lebih baik membuat daftar daripada menjelaskannya dalam satu paragraf panjang. Ini membuat emailmu lebih terstruktur dan mudah diikuti.
Hindari penggunaan bahasa sehari-hari, slang, atau singkatan informal seperti "ASAP"*, "BTW"*, atau "Thx"*. Dalam email formal, gunakan frasa lengkap seperti "as soon as possible"*, "by the way"*, atau "thank you"*.
Selain itu, hindari kalimat yang ambigu atau terlalu umum. Misalnya, daripada menulis "Let me know if you have any questions"*, tulis "Please feel free to contact me at [nomor/email] if you require further clarification"*. Ini menunjukkan bahwa kamu siap membantu dan memberikan informasi kontak yang jelas.
Jika emailmu membutuhkan lampiran (seperti CV, proposal, atau dokumen pendukung), pastikan kamu melampirkan file sebelum mengirim email. Kesalahan ini sering terjadi dan bisa membuat penerima frustrasi karena harus meminta ulang.
Selain itu, sebutkan lampiran dalam isi email. Misalnya: "As requested, I have attached the updated project proposal for your review"*. Ini memastikan penerima mengetahui bahwa ada file yang perlu mereka periksa. Jika file besar, pertimbangkan untuk menggunakan layanan seperti Google Drive atau WeTransfer dan sertakan linknya.
Kesalahan ejaan atau tata bahasa bisa merusak kesan profesionalisme, terutama dalam email formal. Selalu periksa ulang emailmu sebelum mengirim, atau gunakan tools seperti Grammarly untuk membantu. Perhatikan kesalahan umum seperti:
Jika memungkinkan, mintalah teman atau rekan kerja untuk membaca emailmu sebelum dikirim. Mata kedua sering kali bisa menemukan kesalahan yang terlewatkan.
Jika kamu tidak menerima balasan dalam waktu yang wajar (biasanya 3-5 hari kerja), jangan ragu untuk mengirim email tindak lanjut (follow-up). Namun, pastikan email follow-up tetap sopan dan tidak terkesan mendesak. Contoh:
Subject: Follow-Up on [Tujuan Email Sebelumnya]
Dear [Nama], I hope this email finds you well. I am following up on my previous email sent on [tanggal], regarding [sebutkan tujuan singkat]. I understand that you may be busy, but I would greatly appreciate an update on [topik]. Please let me know if you require any additional information from my side. I am happy to assist. Thank you for your time. Best regards, [Nama Kamu]
Hindari mengirim follow-up terlalu sering (misalnya, setiap hari). Berikan waktu yang cukup bagi penerima untuk merespons, terutama jika mereka berada di zona waktu yang berbeda.
Selain menghindari kesalahan, ada beberapa tips tambahan yang bisa membuat email formalmu semakin profesional dan efektif. Tips ini akan membantu kamu membangun citra yang baik dan meningkatkan peluang mendapatkan respons positif.
Setiap perusahaan atau industri memiliki budaya komunikasi yang berbeda. Misalnya, perusahaan startup mungkin lebih terbuka dengan gaya penulisan yang sedikit lebih santai, sementara perusahaan hukum atau keuangan cenderung lebih formal. Jika kamu tidak yakin, selalu pilih gaya yang lebih formal.
Cara terbaik untuk mengetahui budaya perusahaan adalah dengan mengamati email yang kamu terima dari mereka. Perhatikan sapaan, struktur, dan bahasa yang mereka gunakan, lalu tiru gaya tersebut dalam balasanmu. Ini menunjukkan bahwa kamu memperhatikan detail dan menghargai cara mereka berkomunikasi.
Pilih font yang mudah dibaca seperti Arial, Calibri, atau Times New Roman dengan ukuran 11-12 pt. Hindari penggunaan warna font yang mencolok (seperti merah atau hijau) atau format teks yang berlebihan (seperti bold atau italic di seluruh email).
Untuk penekanan, gunakan bold atau italic secara selektif, misalnya untuk tanggal penting atau nama proyek. Hindari penggunaan huruf kapital seluruhnya (ALL CAPS), karena bisa terkesan seperti berteriak. Pastikan juga emailmu memiliki spasi yang cukup antara paragraf untuk memudahkan pembacaan.
Meskipun penerima bisa membalas emailmu, menyertakan informasi kontak alternatif (seperti nomor telepon atau LinkedIn) menunjukkan bahwa kamu siap untuk komunikasi lebih lanjut. Ini juga memudahkan penerima jika mereka lebih suka menghubungimu melalui cara lain.
Jika emailmu terkait dengan pekerjaan, sertakan juga jabatan dan nama perusahaan di tanda tangan. Ini membantu penerima mengidentifikasi siapa kamu dan mengapa kamu menghubungi mereka. Contoh tanda tangan yang baik: "Best regards, Rina Susanti Marketing Coordinator PT Inovasi Digital Phone: +62 812 3456 7890 | Email: rina.susanti@inovasi.co.id"
Jika kamu mengirim email ke penerima yang berada di zona waktu berbeda, pertimbangkan waktu pengiriman agar emailmu tidak terkirim di luar jam kerja mereka. Misalnya, jika penerima berada di Amerika Serikat (Waktu Pasifik), hindari mengirim email pada pukul 2 pagi waktu mereka.
Kamu bisa menggunakan fitur "Schedule Send"* di banyak platform email (seperti Gmail) untuk mengatur pengiriman email pada jam kerja penerima. Ini menunjukkan bahwa kamu memperhatikan kenyamanan mereka dan meningkatkan peluang emailmu dibaca dengan segera.
Jika kamu sering mengirim email formal untuk tujuan yang sama (seperti lamaran kerja atau permintaan informasi), buatlah template yang bisa kamu gunakan berulang kali. Ini menghemat waktu dan memastikan konsistensi dalam gaya penulisan.
Namun, selalu personalisasi template sebelum mengirim. Misalnya, ganti nama penerima, perusahaan, dan detail spesifik lainnya agar email tidak terkesan generik. Penerima bisa merasakan jika emailmu adalah salinan-paste tanpa usaha untuk menyesuaikan dengan mereka.
Jika kamu perlu melampirkan file, pastikan:
Selalu sebutkan lampiran dalam isi email dan pastikan file sudah terlampir sebelum mengirim. Kesalahan seperti lupa melampirkan file bisa membuatmu terlihat ceroboh.
Menulis email formal dalam bahasa Inggris yang profesional bukanlah sekadar soal tata bahasa yang benar, tetapi juga tentang menyampaikan pesan dengan jelas, sopan, dan efektif. Dengan mengikuti struktur yang tepat, menghindari kesalahan umum, dan mempersonalisasi setiap email, kamu bisa membangun citra yang profesional dan meningkatkan peluang sukses dalam komunikasi bisnis.
Ingatlah bahwa setiap email adalah kesempatan untuk meninggalkan kesan positif, baik itu saat melamar pekerjaan, mengajukan kerjasama, atau sekadar bertanya. Semakin sering kamu berlatih, semakin natural dan percaya diri kamu dalam menulis email formal. Jika kamu masih merasa kesulitan, jangan ragu untuk meminta bantuan dari layanan profesional seperti Tugasin, yang siap membantu kamu dalam menyusun email, tugas, atau bahkan tesis dengan bahasa yang tepat dan struktur yang benar.
Dengan panduan ini, kami harap kamu tidak lagi merasa gugup saat harus mengirim email formal dalam bahasa Inggris. Terus berlatih, perhatikan detail, dan selalu sesuaikan emailmu dengan konteks dan penerima. Selamat mencoba, dan semoga emailmu selalu mendapatkan respons positif!
Tim ahli kami siap membantu Anda menyelesaikan tugas akademik dengan kualitas terbaik. Dapatkan bantuan profesional untuk skripsi, tesis, dan berbagai jenis tugas kuliah.
Konsultasi Gratis Sekarang